Pernah merasakan tongseng? Biasanya tongseng identik dengan daging kambing. Dengan berbagai bumbu dan rempah-rempah, tongseng ini masuk dalam jajaran kuliner favorit.
Berbahan dasar daging kambing, tongseng cocok digabungkan dengan sepiring nasi putih hangat. Kuahnya yang mlekoh, bersantan tetapi tetap menyegarkan karena ada sayur kol dan tomat di dalamnya. Apalagi bagi penggemar pedas, tongseng dibikin pedas oleh cabai rawit merah. Cetar! Huh hah!
Daging kambing yang khas, membuat tongseng terasa hangat di badan. Tetapi bagi yang tidak makan daging kambing, karena takut menaikkan tensi, mereka menggantikan daging kambing dengan daging sapi. Atau menggantinya dengan daging ayam dan alternatif lainnya. Salah satunya adalah daging belut.
Belut masuk didalam kelompok ikan, sehingga belut banyak dikonsumsi dan digemari. Belut sendiri memiliki banyak kandungan gizi, sama halnya dengan ikan. Kandungan gizi pada daging belut, memiliki protein yang tinggi, mineral, vitamin juga lemak pada belut seperti kandungan pada manfaat ikan.
Berbicara tentang tongseng belut, mungkin belum begitu populer dibandingkan dengan tongseng daging lainnya. Ternyata tak kalah enaknya dengan tongseng kambing loh.
Ketika saya dan seorang kawan melakukan perjalanan dari Semarang ke kota Ngawi melewati jalan tol, kemudian menuju Cepu dan tujuannya adalah kota Blora. Hahaha... sebenarnya dari Semarang ingin ke kota Blora, ya.
Biasanya kami melewati jalur kota Purwodadi atau kota Rembang untuk menuju ke sana. Tetapi kali ini luar biasa. Kami ingin melewati jalur yang berbeda. Jarak tempuhnya memang lebih jauh, tetapi waktu tempuhnya hampir sama. Dan lebih nyaman, karena melewati jalan tol yang bebas hambatan dan tidak macet.
Memang dari segi ongkos lebih sedikit mahal, karena biaya tol Semarang-Ngawi berbayar 152.000 rupiah. Sedangkan jika melewati jalur biasa tidak berbayar. Dari segi BBM hampir sama. Kurang lebih 250.000 untuk pulang pergi.
Nah, saat keluar pintu tol Ngawi, untuk menuju kota Blora, melewati pinggiran kota Bojonegoro Jawa Timur. Baru kemudian Cepu dan Blora. Saat di Bojonegoro, saya dan kawan perjalanan saya, berencana mencari makan siang. Sebenarnya sudah agak telat untuk makan siang. Perut keroncongan.
Ketika melewati sebuah daerah yang bernama Tinggang Ngraho Bojonegoro, kami berhenti. Kawan saya menghentikan mobil di sebuah warung sate kambing dan tongseng. Waduh, kok daging kambing? Padahal kawan saya ini sejak dari kuliah sudah tidak makan daging kambing.