Beberapa kali saya dan teman saya memang harus berkunjung ke Blora untuk suatu urusan pekerjaan. Bertemu beberapa orang dan menyelesaikan pekerjaan itu. Kota Blora merupakan kota kecil di Jawa Tengah, merupakan salah satu kota yang berbatasan dengan Propensi Jawa Timur.
Hari itu saya dan teman saya bertemu pak Alim. Kami memang sudah sering bertemu dan akrab. Setelah berbincang beberapa saat, tiba-tiba ia ingin mengajak saya dan teman saya ke rumahnya, untuk melihat kolam kecil di rumahnya. Ia butuh konsultasi tentang filter atau penyaring kolam, agar tetap bersih dan bening airnya. Salah satu keahlian teman saya dalam bidang kolam ikan, disamping desain taman.
Pak Alim bilang bahwa rumahnya agak jauh dari kota Blora. Masuk Cepu, yang masih merupakan wilayah Kabupaten Blora. Sekitar satu jam perjalanan naik kendaraan. Tentu saja kami bilang tak mengapa, karena sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh, jadi kami biasa saja. Lagian, kami juga pernah berkunjung ke kota Cepu karena memiliki kerabat di sana.
Sesampai di Cepu, kami bertemu bu Alim. Dan kami dipersilahkan duduk. Kemudian setelah mengobrol tentang kolam, maka kami dipersilahkan mencicipi makanan yang ada dalam toples, yang sudah dipersiapkan sejak tadi.
"Mari silahkan, dicicip. Ini merupakan makanan khas sini."
Saya mengira ini kue semprong. Karena bentuknya mirip kue semprong. Setelah saya mencicipinya, Ternyata bukan. Rasanya berbeda. Bahan dasar yang digunakan berbeda. Jika kue semprong lebih renyah kriuk, yang ini renyah empuk.
"Ini adalah egg roll." katanya. Dan benar. Memang seperti rasa egg roll yang ada di kaleng Monde. Yang biasa dijual di toko, bikinan pabrik itu.
Egg roll lezat ini, merupakan oleh-oleh khas Cepu yang merupakan kota kecamatan masuk Kabupaten Blora. Dijuluki kota minyak, karena disana memiliki tambang minyak. Nah, egg roll banyak diproduksi secara rumahan di kota tersebut. Pernah mencicipi seperti apa rasanya, kan?
Bu Alim, adalah salah satu orang yang memproduksi egg roll secara rumahan, kemudian menjualnya. Meskipun ia merupakan PNS, ia bisa memproduksi makanan ini dengan dibantu oleh beberapa anak angkatnya dan beberapa pegawai.
"Biasanya saya dibantu oleh mereka. Yang membuat adonan adalah anak-anak, kemudian yang mencetak pegawai." katanya.
Ia memiliki 13 anak asuh yang disekolahkan hingga lulus SMA. Memang bergantian, karena ada yang masuk dan ada yang lulus kemudian mandiri. Untuk saat ini, ada 13 anak asuh. Harapannya, anak asuhnya ini bisa masuk perguruan tinggi dan mencapai cita-citanya setinggi mungkin. Tetapi kadang-kadang mereka merasa cukup dengan lulus SMA. Padahal menurutnya, ada beberapa anak yang pandai dan bisa mencapai rangking satu. Sayang, jika hanya mencapai SMA saja. Ia berusaha menyemangati mereka agar bisa mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Salut, bu. Sedangkan pak/bu Alim sendiri memiliki tiga anak, yang sudah kuliah di luar kota.