Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Renjana Bayangan Senja

Diperbarui: 27 Desember 2018   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: dok. Wahyu Sapta

bayangmu ingin kucumbu, tapi tersapu oleh sadarku, kau tak tampak dihadapanku, nyatamu kian merayu, bagaimana aku harus padamu? cinta yang menggulung, semakin memintal, aku butuh dirimu.

"Aku rasa, aku tak bisa menanggungnya lagi. Aku tak mampu. Rindu ini terlalu berat. Apakah kau tak merasakannya?"

"Tapi Yan, aku...."

"Please, Sonya. Datanglah padaku."

Dan kesakitan yang dirasa Yan begitu pedih. Renjana cinta menderanya.

mengapa aku harus mengenalmu, tanpa pernah bisa mengelaknya, kau memberlakukanku semena. cinta yang kau terbitkan, sangat menyiksa. sekaligus bagai candu. yang tak pernah bisa kulepas. kau mengikutiku, terus-menerus, tanpa jeda, oh. pedihnya.

***

"Sonya, tentang perjodohan ini, ibu tak mampu menghadangnya. Ini kemauan ayahmu. Bagaimana ayah, kau tahu sendiri bukan?" kata ibu pada suatu hari. Hari yang merupakan hari tersuram menurut Sonya.

Sonya menangis sejadi-jadinya. Ia berpikir ingin lari saja dari kenyataan hidup. Ia merasa, tak lagi memiliki arti. Cintanya pada Yan hanya sebatas angan. Ia, tak bisa memilikinya.

"Bagaimana aku bisa mencintai dan mengabdi padanya? Jika setiap hari pikiran hatiku hanya tertuju pada kekasihku Yan? Aku tak ingin menyakiti dirinya, juga diriku sendiri. Juga menyakiti Yan."

Ayah dengan wajah galaknya, mana berani Sonya melawannya. Hanya sekali pandangan mata, ia luruh di hadapan ayahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline