Bunda orangnya memang romantis. Melow, gampang panik dan suka kawatir. Dikit-dikit nanya. Pada Ayah, Kakak atau Adik jika mereka pulang terlambat. Ya maklum saja, mereka adalah orang-orang kesayangan Bunda. Siapa lagi yang memperhatikan mereka jika bukan Bunda? Tetapi kadang-kadang sayangnya Bunda lebay, bikin risih mereka. Btw, meskipun begitu, mereka seneng-seneng saja. Nggak marah, atau cemberut. Bahkan kalau Bunda nggak panik, mereka penasaran. Jangan-jangan Bunda kenapa-napa. Hehehe....
Bulan puasa ini, Bunda yang paling sibuk. Mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan puasa. Termasuk kebutuhan makanan selama puasa. Sebisa mungkin Bunda memberikan yang terbaik buat mereka. Jika pada bulan selain puasa, kadang-kadang nggak memasak sendiri alias jajan. Alasannya Bunda sering sibuk, makanya tak sempat masak. Tetapi di bulan puasa, sebisa mungkin Bunda memasak makanan sendiri. Lebih terkontrol dan sehat, alasannya.
"Bun, hari ini masak apa buat buka nanti?" tanya Adik saat pulang dari sekolah.
"Masih rahasia. Adik istirahat dulu sana gih," kata Bunda.
Sebenarnya Bunda tidak bingung, semuanya sudah dipersiapkan menu apa untuk berbuka nanti. Bahan untuk kolak pisang sudah ada. Tinggal bikin. Karena masih agak lama waktu berbuka, maka masih banyak waktu untuk memasaknya. Bunda tinggal mempersiapkannya.
Oya, membahas tentang takjil yang akan dibuat Bunda, ada salah satu tanaman yang paling kasihan saat bulan puasa begini. Penyebabnya karena Bunda sering memetiknya untuk dijadikan penyedap buat masakan kolak dan teman-temannya. Hehehe... iya, tanaman pandan. Untung daun pandannya lumayan banyak. Tetapi tetap saja terlihat kasihan. Ora slamet. Tetapi Bunda kan juga baik hati. Tiap hari tanaman pandan disiram dengan kasih sayang. Maka itu pandan tumbuh subur. Dan bisa memberikan daunnya buat masak kolak ke Bunda.
Lalu apa yang menyebabkan Bunda sedikit ragu menjawab pertanyaan Adik tadi? Ternyata Bunda masih bingung, nasi yang bersisa kemarin mau dimasak apa. Sayang jika harus dibuang. Belum basi. Akhirnya Bunda memiliki ide, bagaimana jika nasi sisa kemarin dibikin nasi goreng buat berbuka nanti. Sesekali masak nasi goreng kan tidak apa-apa. Toh, masih ada menu lain selain nasi goreng, seperti sayur dan lauknya. Cukup memenuhi gizi harian. Apalagi Ayah dan Adik suka banget sama nasi goreng. Pasti nanti kemakan dan tak bersisa.
Puasa begini memang berkurang jumlah makanan yang masuk dalam perut. Perut memiliki kapasitas yang terbatas. Sehingga jika ada makanan yang bersisa bisa dimaklumi.
Akhirnya Bunda memasak nasi goreng. Memasaknya penuh cinta. Segala apa yang untuk keluarga tercinta memang dilakukannya sepenuh hati. Ia ingin keluarganya tahu, bahwa Bunda sayang ke mereka. Taraaa.... Nasi gorengnya sudah jadi. Banyak juga, ya. Batin Bunda. Kalau begitu, mulai hari ini masak nasinya dikurangi saja. Biar nggak banyak bersisa.
Nasi goreng telah tersaji. Kelihatan menarik dan enak. Padahal Bunda tak mencicipnya. Kan puasa. Maka, segala masakan yang dimasaknya tidak diicip oleh Bunda. Bunda hanya mengandalkan instingnya untuk membuat masakan seenak mungkin. Versi Bunda. Hehehe...
Waktunya Berbuka