Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Pak Naswan, Puluhan Tahun Menjaga Gedung Karesidenan Pati

Diperbarui: 7 Februari 2018   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung Karesidenan Pati, berarsitektur Belanda. (Dokpri).

Gedung Karesidenan Pati adalah sebuah bangunan tua yang dibangun pemerintah Belanda akhir tahun 1800. Lokasinya berada di Jl. P. Sudirman, Pati, Jawa Tengah.

Depan Gedung SMAN 1 Pati, yang juga merupakan bangunan peninggalan zaman Belanda. Pada zaman dulu merupakan rumah tinggal Residen Belanda untuk Wilayah Karesidenan Pati. Pernah menjadi rumah dinas Kepala Bakorwil-I Jawa Tengah predikat pengganti Residen. Tetapi untuk saat ini, sementara waktu belum berfungsi lagi.

Bangunannya kokoh mirip istana dengan halaman luas dan danau yang ditanami bunga teratai merah. Beberapa pohon langka yang menjulang tinggi, sangat mendukung keangkuhan bangunan tersebut.

Beberapa bangunan pendukung, juga berada di sekitar bangunan utama. Sangat luas. Mencerminkan bahwa dahulu bangunan Gedung Karesidenan Pati merupakan bangunan mirip istana kecil pada zamannya dan megah.

Di depan gedung ada danau yang ditanami bunga teratai merah. Sudah mengalami pemugaran. Dulunya ada pulau di tengahnya. Sekarang ada dua gazebo di tengah danau. (Dokpri).

Pohon Kenari yang menjulang tinggi menambah kesan kokoh bangunan. (Dokpri).

Karena bangunan yang indah dan kokoh ini, masyarakat kota Pati sering mengunjunginya. Ada yang tujuannya untuk berfoto, atau untuk mempelajari sejarah.

Menikmati peninggalan zaman dulu. Nuansa kuno dan jadul. Beberapa tempat memang sangat artistik, misteri dan berbeda dengan zaman sekarang. Bahkan sering juga untuk sesi foto pre wedding dengan latar belakang bangunan zaman Belanda.

Memiliki interior yang menunjukkan zamannya. (Dokpri).

Pintu yang tinggi menunjukkan zamannya. Terbuat dari kayu jati utuh. Bagus banget. (Dokpri).

Hari Minggu (4/2/2018), saya dan keluarga berkesempatan mengunjungi tempat bersejarah ini. Pada awalnya kami bertujuan memberi makan Burung Kasuari yang berada di belakang gedung.

Kasuari itu sendiri telah berusia puluhan tahun. Biar anak-anak lebih mengenal alam dan penghuni di dalamnya, termasuk binatang dan pepohonan. Juga makhluk lainnya yang tidak tampak.

Semula ingin memberi makan Burung Kasuari yang berada di belakang bangunan. (Dokpri).

Memang untuk memberi makan ini harus seijin penjaganya. Kami bertemu pak Naswan. Sebenarnya kami telah lama mengenal pak Naswan. Dari zaman orang tua kami, hingga sekarang, anak-anak kami perkenalkan pada beliau.

Kami memanggilnya dengan panggilan akrab pak Jenggot karena ia berjenggot. Hehehe... Karena telah lama mengenal beliau itulah, maka kami bisa memiliki kesempatan mengitari sekitar bangunan hingga belakang dan dalam.

Gedung Karesidenan Pati tampak belakang. (Dokpri).

Pak Naswan sangat senang saat bertemu kami. "Wah, ada tamu dari Semarang jauh-jauh datang kemari," katanya. Selesai memberi makan Burung Kasuari, kami diajak untuk berputar. Sambil bercerita tentang sejarah bangunan, dari mulai tahun dan beberapa nama pejabat Residen yang pernah menempati di sini.

Kami mendengarkan dengan seksama sambil mengangguk. Katanya, sekitar tahun 1976, bapak Sri Sultan Hamengkubowo ke IX pernah bermalam di gedung tersebut.

Salah satu ruang yang hingga sekarang sakral sekali, merupakan ruangan yang pernah ditempati Sri Sultan. Akan tetapi, paduka sendiri tidak tidur, hanya berjaga di luar sambil merenung. Dan sekarang ruang tersebut dinamakan Ruang Sri Sultan. O, begitu ya. Benar- benar bersejarah dan memiliki banyak cerita.

Pak Naswan, berpuluh tahun menjaga Gedung Karesidenan Pati. (Dokpri).

Hem, kami sangat mengagumi bangunan tua yang masih terawat ini. Interiornya juga menggambarkan usia bangunan itu. Klasik dan indah. Beberapa lukisan yang bertengger di dinding bangunan, ternyata adalah hasil karya Pak Naswan yang memang pandai melukis. Disamping senang melukis, ia juga pandai membuat pigura dan spanram untuk media kanvas melukis. 

Dulu suami saya yang juga berhobi melukis, sering memesan spanram pada pak Naswan. Sekarang, ia masih menerima pesanan pigura dari beberapa kenalan yang berkunjung ke sini.

Lalu kamipun di ajak ke halaman belakang. Sebuah bangunan yang sudah tidak berfungsi dan tertutup rapat. Dulunya berfungsi sebagai kandang kuda. Pernah juga difungsikan sebagai kamar kos para pegawai pada saat gedung masih berfungsi sebagai kantor. Kemudian sebagai gudang dan akhirnya sekarang dibiarkan kosong dan tidak berfungsi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline