Aku ingin mengambil kembali kenangan itu, yang tempo hari kau curi dariku tanpa pernah bilang. Aku ingin, jika kenangan itu ada padaku, membawa serta dirimu bersamanya.
Bukan tak mungkin kenangan itu akan bertambah dengan keindahan yang bisa membuatku tertawa. Bukankah itu tujuanmu mencuri kenangan dariku? Selagi aku masih mampu untuk mentertawakannya, hei kau.
Gundahku akan segera berakhir, seiring derai tawa yang keluar dariku dan darimu. Eloknya, kenangan itu berbuih hingga kau termangu dan segera menyadari, betapa keindahan yang kita ciptakan membangun sugesti kebersamaan, dulu.
Tetapi nyatanya kenangan tetaplah sebuah kenangan, yang ada tetapi tak harus ada. Yang ditinggalkan pada sudut hati dan tak harus terlupakan. Boleh diingat dan tak harus diulang. Kenangan hanya akan berbuih, saat kita mengenangnya. Kenangan akan stagnan, saat kita membiarkannya.
Semarang, 29 Juli 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H