Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Ketika Ibu dan Balita Shalat Ied di Hari Lebaran

Diperbarui: 6 Juli 2016   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Balita Ikut Shalat Ied (dokpri)"][/caption]

Hari ini adalah hari Lebaran. Seluruh muslim bersuka cita menjalankan shalat Ied. Ada yang di masjid besar, di masjid lokal ataupun di lapangan. Saat awal menjelang shalat Ied, gema takbir berkumandang sejak tadi malam. Gema takbir merasuk ke lubuk hati, wujud pengakuan atas Keagungan Allah SWT. Lafas takbir, tasbih dan takmid membasahi lesan kita. 

Kaum muslimin bergegas keluar rumah masing-masing untuk melaksanakan shalat Ied bersama keluarga dan handai taulan dengan perasaan gembira. Kemenangan dan kebahagiaan atas limpahan rahmat dan maghfiroh- Nya, setelah satu bulan penuh menunaikan ibadah puasa. 

Termasuk para ibu, juga merayakan kegembiraan di hari nan fitri, dengan berbondong-bondong keluar rumah, untuk menjalankan shalat Ied bersama keluarga. Meskipun para ibu tengah repot. Bisa jadi karena mempersiapkan hidangan untuk lebaran, atau karena memiliki seorang bayi atau anak yang kecil (balita). Hal ini tak menyurutkan semangatnya untuk ikut bergembira.

[caption caption="Sambil beribadah mengangungkan Kebesaran-Nya, tanpa mengurangi kondrat sebagai ibu."]

[/caption]

Lihatlah betapa mereka mencari cara agar anak tak rewel saat ditinggal menjalankan shalat Ied. Anak-anak diberi mainan, seperti balon udara atau mainan lain agar tak menangis. Sambil menjaga anaknya, ibadah juga dapat. Amalan dapat, tapi tidak mengganggu aktifitas sebagai seorang ibu. 

[caption caption="Anak diberi kesibukan agar tidak rewel (dokpri)"]

[/caption]

Disamping itu, shalat Ied dengan membawa anak, kelak akan mendidik mereka tentang ibadah, silaturahmi dan kebersamaan. Karena saat beribadah shalat Ied, kita akan bertemu dengan orang sesama muslim, saling menyapa, berjabat tangan. Di sini akan nampak kebersamaan kaum muslimin dalam membangun kepentingan dunia dan akhirat. Memori ini, pasti akan dibawa mereka sampai mereka dewasa, hingga kelak mereka juga akan melakukan hal yang sama pada anak-anak mereka.

 

Akhirnya, di hari nan fitri ini, saya mengucapkan, 

 

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI

1 Syawal 1437 H.

Mohon maaf lahir dan batin.

 

Salam takzim, 

Wahyu Sapta.

 

Semarang, 6 Juli 2016.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline