Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Bulan Sabit Seperti Senyuman

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam ini sepi. Langit terang, bintang kerlap-kerlip. Hanya ada aku dan kamu. Masing-masing dalam lamunan. Hening. Lalu tiba-tiba kita berkata dengan kata yang sama.

"Kamu..?"

Lalu hening kembali. Masing-masing menunggu. Hingga saatnya kembali kita berkata, dengan kata yang sama seperti tadi.

"Kamu dulu.." Lalu kita tertawa bersama. Mentertawakan hal yang lucu barusan. Kita berkata dalam kata yang sama, pada saat yang bersamaan pula.

"Kamu ingin bilang apa?" tanyaku.

"Aku nggak ingin bilang apa-apa. Hanya saja aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu."

"Apa?"

"Lihat ke langit! Di sana ada bulan sabit melengkung seperti senyuman. Indah sekali, seperti senyummu." katamu sambil menunjuk ke langit. Akupun melihat langit. Benar saja, bulan sabit. Seandainya aku bisa terbang ke langit, aku ingin duduk di bulan melengkung seperti senyuman, layaknya dalam ayunan.

"Ayo kita terbang ke langit," katamu seperti tahu apa yang kupikirkan dalam hati.

"Bagaimana bisa? Caranya?" tanyaku.

"Gampang, pejamkan matamu. Pegang tanganku. Kita terbang bersama ke langit. Rasakan, bahwa kita akan sampai ke langit."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline