Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menuju Kebaikan di Tahun 2015

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1420016218959963775


Masa lalu akan menjadi penghambat bagimu, bila kamu tidak merelakannya berlalu dari kehidupanmu..

Kata-kata di atas merupakan suatu kalimat penyemangat, agar kita selalu berbuat lebih baik lagi. Meninggalkan sesuatu yang tak baik di masa lalu, kemudian menuju kebaikan di masa depan.

Setiap manusia memiliki sisi baik dan sisi buruk, sisi putih dan sisi hitam. Sisi putih diartikan kebaikan, sedangkan sisi hitam diartikan keburukan. Ketika sisi hitam muncul, dan kebetulan kita lebih dominan memiliki sisi putih, maka dengan mati-matian kita akan menutupi sisi hitamnya, malu bila orang lain mengetahui sisi hitam kita.

Sedangkan bagi yang memiliki sisi hitam lebih dominan selama hidupnya, yakinlah, bahwa di sela-sela sisi hitam itu, pasti pernah terselip sisi putih yang menonjol. Meski ia tak pernah merasa dan tak mengetahuinya bahkan tak sengaja melakukannya. Ia tetap memiliki sisi putih, berbuat kebaikan terhadap yang lainnya.
Tapi kita tak akan membicarakan sisi hitam, maupun tentang sisi putih, kita akan memandang dalam hal ini dari sisi segi manusia.

Saya pernah membaca suatu buku, yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang khas. Ia memiliki sebagian sifat malaikat, sebagian sifat setan dan sebagian sifat binatang.

Jika ia tenggelam dalam ibadah, hatinya murni menginginkan ridha Allah Azza wa Jalla dengan bermunajat, maka itu artinya ia dalam
kondisi sifat malaikat yang lebih mendominasi dirinya.

Tetapi apabila ia dalam kondisi mengikari perintah Allah, maka sifat setanlah yang lebih mendominasi dirinya.

Apabila manusia dalam kondisi marah yang menghebat, darah mendidih, otot mengencang dan ingin menyerang lawannya, maka mereka dalam kondisi sifat kebinatangan yang lebih dominan.

Dalam diri manusia, hakikatnya memiliki potensi kebaikan dan potensi keburukan. Tuhan memberikan kedua hal tersebut dibarengi dengan pemberian akal, agar manusia dapat membedakan keduanya, dan bisa menjadi sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi kebaikan dari dalam manusia untuk menjadikannya watak yang baik.

Sedangkan watak buruk atau hawa nafsu dalam diri manusia cenderung memiliki sifat ingin kebebasan dalam artian tidak mau terikat. Akibatnya, banyak manusia yang menyalahi aturan, membenarkan yang salah, menyalahkan yang benar. Bagaimana jadinya jika setiap manusia bertindak yang demikian? Akan menjadi kacau kan? Dunia kacau, tak beraturan, rusak dan akan terjadi segala kejadian buruk, di luar nalar manusia. Jadi, sebenarnya, untuk membendung sifat manusia dari sisi buruk, di butuhkan beberapa ikatan atau aturan yang mengikat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline