Lihat ke Halaman Asli

Dikembalikan Pada Guru

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kurikulum adalah “koridor” yang telah ditetapkan sebagai acuan bagaimana pendidikan bangsa ini akan berjalan. Acuan yang harus dijadikan sebagai pegangan oleh guru, kepala sekolah, cendekiawan dan para akademisi. Baik itu dalam pelaksanaan maupun kritisisasi terhadap kurikulum yang ada.

Berbagai metode dan model pembelajaranpun beraneka ragam dan rupa. Ada CTL,  CL, PAKEM dan lain sebagainya, sejak diajarkannya model-model tersebut dalam pendidikan (yang mana saya yakin sejak dulu telah di ajarkan) namun sampai sekarang dan detik ini perubahan tidak juga terlihat dengan signifikan.

Lalu apa yang salah dengan semua ini? Kurikulumnya kah? Metodenya kah? Atau siapa? Menteri pendidikan? Presiden? Orang tua? Guru? Atau siswanya sendiri yang harus disalahkan?

Seperti yang di utarakan salah satu dosen mengutip kalimat seorang tokoh (saya lupa namanya) permasalahan bangsa ini sudah paripurna. Hal tersebut menggambarkan sangat-sangat kompleks permasalahan yang dialami bangsa ini termasuk dalam pendidikan.

Akan tetapi tentu saja kita tidak menyerah dengan hal tersebut. Justru harus kita jadikan cambuk dan menunjukan pada setiap orang bahwa kita mampu merubahnya!

Sayapun mengutip kalimat Pak Anies Baswedan dalam suatu seminar, beliau mengatakan “permasalahan utama terletak pada guru, mau jadi apa anak tergantung pada gurunya, gurunya baik maka nak didiknya baik begitu juga sebaliknya” beliau melepaskan segala “kekangan” yang ada seperti metode, strategi, model, kurikulum, sarana prasarana dan lain sebagainya dan tidak mengkambing hitamkan-nya.

Guru adalah ujung tombak dalam pendidikan, sebagus apapun metode yang digunakan jika guru tidak bisa menerapkannya maka nihil hasilnya, betapapun ketersedian fasilitas namun apabila guru tak mampu memanfaatkannya maka akan percuma seluruh fasilitas yang ada. Sesempurna apapun kurikulum yang dibuat maka tidak akan memberikan efek yang cukup jika dilapangan guru yang mengajarkannya tidak sesuai yang diharapkan kurikulum tersebut.

Sebaliknya, dengan keterbatasan yang ada, jika guru itu berkualitas, berkompeten dan kreatif maka segala “kekurangan” bisa menjadi “kelebihan”! karena gurulah yang langsung berhadapan dengan murid, langsung bersentuhan dengan siswa.

Semua dikembalikan pada guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline