Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Aswandi

Masih bekerja 8-16 dan 5/7. Sedang berjuang untuk bekerja tanpa melihat jam dan tanggal.

Cinta Itu Tumbuh, Layaknya Gandum

Diperbarui: 21 Desember 2023   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"Tidak ada satu pun yang pedulikan mereka karena mereka aib bagi keluarga. Tetapi di saat semua mata berpaling dan setiap jiwa abaikan mereka. Justru mereka berdua membuktikan bahwa cinta itu ibarat gandum. Tumbuh dari bumi, berbunga, berbuah dan pada akhirnya akan layu dan mati dan kembali ke bumi."

Tulisan ini adalah satu ulasan sederhana tentang sebuah film. Film dari negeri Cina bergenre drama yang dikemas begitu indah oleh sutradara. Bagi penulis - yang tidak terlalu suka genre drama - film ini ibarat rangkaian bait-bait puisi yang seketika dapat mencairkan bekuan naluri manusiawi, seperti egoisme, keserakahan, lupa diri, kemalasan, enggan berkorban, dan berbagai sifat kerendahan jiwa lainnya.

Bagi sobat pembaca yang suka dengan film drama mungkin film ini layak dimasukkan ke daftar tontonan untuk menemani waktu luang anda. Judul filmnya adalah Return To Dust, karya sutradara Li Ruijun. Film ini rilis tahun 2022, artinya masih cukup segar untuk ditonton.

Keunikan film ini bukan hanya dari setting tempat dan waktu yang ril (tanpa teknologi visual), tetapi juga pemain film ini merupakan kolaborasi antara artis profesional (tokoh wanita - Cao Guiying) dan aktor amatir (tokoh pria - Ma Youtie). Dan sebagai informasi, aktor amatir tersebut merupakan warga lokal yang tidak lain adalah paman dari sang sutradara.

Bagi sobat yang belum menonton film ini, tulisan ini bukan bermaksud spoiler. Sebagaimana yang penulis sebutkan di awal, sangat banyak momen dan dialog yang memesona dalam film ini. Momen dan dialog tersebut bagaikan rimbunan puisi cinta yang tumbuh subur dari bumi realitas dunia yang begitu kering dan mati rasa.

Penulis hanya mencoba memetik beberapa ranting hidup dari film ini, yang penulis anggap sangat layak untuk ditanam kembali di hamparan jiwa. Siapa tahu, ranting tersebut tumbuh beberapa dan semoga dapat menjadi cermin tamsilan hidup bagi penulis atau pembaca, meskipun sesungguhnya semua itu hanya fiksi belaka.

Kisah ini berawal dari dua keluarga di satu desa yang mayoritas warganya adalah kelompok usia dewasa berprofesi petani. Ma Youtie si anak bungsu dari empat saudara dijodohkan oleh kakaknya dengan seorang perempuan bernama Cao Guiying, yang juga dibawa oleh kakak kandung dan iparnya.

Perjodohan ini berlangsung tidak biasa. Ma Youtie dan Cao Guiying tidak saling mengenal meski tinggal di desa yang sama. Latar belakang kehidupan kedua nya yang membuat demikian.

Ma Youtie adalah laki-laki paruh baya yang polos tapi pekerja keras. Kerutan di wajahnya menandakan sebagian besar umurnya dihabiskan untuk bertani guna menghidupi kakak-kakaknya.

Dia terasing dari kehidupan sosial dan hanya berteman dengan seekor keledai. Yang mengagumkan dari Ma adalah rasa cinta dan hormat kepada kakak-kakaknya, meskipun semua warga desa tahu bahwa sebenarnya dia dieksploitasi oleh saudaranya sendiri.

Sedangkan Cao Guiying adalah perempuan paruh baya yang miskin. Badannya agak bungkuk dan condong ke kiri. Mimik wajahnya hampa dengan rambut kusut yang tidak terurus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline