Lihat ke Halaman Asli

Kaum Tani yang Tertindas

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rakyat kecil dan petani adalah kaum yang selalu berada dalam posisi tertindas, kaum tani dan rakyat kecil harus mengakui eksistensinya sebagai kaum yang lemah ketika berhadapan dengan kekuasaan, uang dan kekerasan, kaum tani harus tersingkir dalam arena penguasaan sumber-sumber agraria, kaum tani yang harus didepak ketika menjadi penghalang masuknya investor, kaum tani yang harus diproteksi ketika berteriak rendahnya harga gabah, kaum tani yang dianggap sebagai rakyat bodoh ketika mereka menyuarakan haknya dan kaum tani yang harus mengalah ketika bedil itu berbicara.

Tetapi anehnya kaum tani justru disanjung ketika panen raya tiba, kaum tani justru dibelai oleh elusan tangan halus penguasa ketika memproduksi hasil yang berlimpah, kaum tani yang mengangguk dan tertunduk ketika dipuji oleh penguasa, kaum tani yang merasa bangga ketika disebut sebagai kaum mayoritas, kaum tani yang merasa dilindungi dengan sejumlah instrumen hukum dan kaum tani yang katanya harus dirayakan setiap 25 September. Bukankah semua itu hanya prosesi yang tidak memberikan arti dan nilai yang mampu menunjang harkat dan kesejahteraan kaum tani, sehingga kita masih layak berteriak “kaum tani di negeri ini adalah kaum tertindas oleh arus kekuasaan dan spekulasi kaum kapitalis”

Kita mungkin masih ingat peristiwa silam di tanah kajang pada Juli 2003, peluru bedil menembus tubuh petani dan 4(empat) orang tewas di tanah tumpah darahnya, kini darah mereka benar-benar terkubur di bumi pertiwi demi mempertahankan harga diri sekaligus bukti bahwa ideologi petani takkan terusik modal mengkunkung negeri ini, peristiwa itu menambah catatan buram kasus-kasus kekerasan terhadap rakyat dan kaum tani, pola lain kembali terjadi dimana kekerasan dalam sengketa tanah telah menghancurkan perlawanan kaum lemah oleh kaum kuat. Sebuah realitas yang kembali terabaikan oleh hingar bingar intriks politik merebut tahta kekuasaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline