Lihat ke Halaman Asli

Galau Skripsi, Galau Masa Depan

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

So much worries about my future. Kadang aku berpikir, akan jadi apa aku nanti. Dengan IPK pas-pasan, skripsi yang belum selesai dan entah kapan akan usai. Mungkin beban ini akan semakin bertambah bila melihat wajah orangtua yang harap-harap cemas dan menyelipkan namaku di setiap doanya, agar aku segera mengenakan toga. Belum lagi berbagai macam kegalauan yang membuatku makin merasa 'kecil dan bukan apa-apa' dengan status yang kusandang sekarang, 'mahasiswa tingkat akhir yang tidak jelas arah masa depannya'.

Sering bertambah gundah ketika orang bertanya "Udah skripsi ya? Jurusannya apa sih?". Dan kujawab dengan nada ragu "Iya, sedang proses. Saya mahasiswa pendidikan ekonomi" |"Pendidikan ekonomi? Kemudian, "OH" yang mereka ucapkan dengan nada ragu-ragu, seolah mengucapkan "calon guru ya? hmm, mau jadi apa anak ini, gaji guru kan pas2an" dalam hatinya.

Begitu banyak kecemasan, kehawatiran dalam pikiran mahasiswa tingkat akhir. Kecemasan akan tugas akhir, kekhawatiran akan masa depan. Entah mereka semua merasakan atau hanya pikiranku. Tapi kurasa pikiran ini sangat mengganggu. Sampai kemudian sekilas aku pandangi tumpukan draft di meja belajarku yang berantakan. Kemudian sepercik semangat muncul. Ya! Draft ini sungguh ajaib! Hanya dengan melihatnya saja, aku bisa merasakan semangat yang luar biasa. Semangat untuk menyelesaikannya. Hanya dengan melihatnya saja, aku bisa mengintip masa depanku meskipun samar. Jadi, apabila dengan melihatnya saja, aku bisa merasakan semangat dan mengintip masa depan, hal luar biasa apa lagi yang akan terjadi jika aku bisa menyelesaikannya?

Tumpukan draft dan rentetan kejadian di semester akhir ini mengajarkan aku bahwa masa depan itu kita sendiri yang menentukan dan kita sendiri yang perjuangkan, sesamar apapun penglihatanmu terhadap masa depanmu itu. Orang lain berhak berkomentar apapun tapi itu tidak boleh merusak keyakinanmu terhadap masa depan yang ingin kau capai. Kalau kita sendiri tidak yakin akan masa depan kita, bagaimana kita bisa meyakinkan orang lain?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline