Untung dan rugi biasanya hanya sering didengar dalam dunia bisnis saja. Sederhananya untung itu kalau ada sisa dari hasil penjualan dikurangi modal dan rugi jika modalnya lebih besar dari pendapatan. Yang lebih tahu masalah untung rugi dunia bisnis adalah pera pelaku bisnis. Di sini saya akan membahas untung yang lain yang ada disekitar saya, bukan hanya dalam dunia bisnis.
Berawal dari mendapat inspirasi ketika dompet saya ketinggalan dirumah waktu saya berpergian. Di tengah perjalanan saya meraba saku belakang celana saya yang biasa untuk membawa dompet saya. Ternyata dompetku ketinggalan dirumah, untung masih ada uang yang terselip di dalam buku yang ada di dalam tas. Untung ketika membaca buku saya menjadikan uang untuk jadi pembatas buku. Dompet ketinggalan, masih untung masih ada uang di dalam buku. Ini awal inspirasi menulis selalu saja masih ada untung. Di tengah-tengah masyarakat juga sering sekali terceletuk oleh orang ketika terjadi sesuatu, selalu saja masih ada untung.
Misalnya yang ketika terjadi kecelakaan lalu lintas, pengendara luka parah bahkan ada bagian badan yang patah, mungkin kakinya patah, atau tangannya yang patah. Sudah luka-luka bahkan patah-patah seperti itu, terkadang masih ada yang berkata,”Untung tidak meninggal dunia”. Ketika terjadi kecelakaan, pengendara lansung meninggal di TKP, ada juga yang menyeletuk,”kecelakaan dan meninggal dunia, masih untung daripada hidup dalam kondisi cacat. Untung juga tidak mengeluarkan banyak biaya untuk berobat.
Selalu saja masih ada untuk yang lain adalah komentar tentang Indonesia, ada seorang tetangga yang berkata,”Indonesia masih terbelakang, belum maju-maju, masih untung Indonesia sudah merdeka”. Indonesia banyak hutang luar negerinya, masih untung masih ada yang percaya memberi hutangan. Indonesia katanya negara hukum, tapi hukumnya masih memihak penguasa dan menindas rakyat kecil, masih untung masih ada hukum. Indonesia itu negara yang kaya akan sumber daya alam, barang tambangnya melimpah, hasil hutannya juga melimpah, apalagi hasil lautnya, ada yang bilang hasil laut Indonesia bisa untuk menghidupi rakyat Indonesia sampai tujuh keturunan. Tapi sayangnya Indonesia belum maksimal dalam pengelolaannya, tapi masih untung ada perusahaan asing yang membantu mengeruk kekayaan Alam Indonesia.
Indonesia bisa disebut sebagai surganya para koruptor, pasalnya koruptor di Indonesia dengan mudahnya menjarah uang rakyat, baik secara sembunyi maupun terang-terangnya, baik secara sendiri-sendiri maupun secara berjama’ah. Anehnya lembaga penegak hukum malah rebutan dalam penanganan kasus, rebutan prestisius. Seolah-olah para penegak hukum malah diadu domba. Sebagian oknum penegak hukum juga mudah disuap untuk membebaskan para koruptor, minimal tidak melanjutkan penyidikkan, padahal sudah ditetapkan sebagai tersangka, sampai barang buktinya hilang. Dan akhirnya kasus itu menguap hilang tersapu oleh angin isu terorisme, FPI, Ahmadiyah dan lain-lain. Tapi itu semua masih untung, yaitu masih untung ada banyak penegak hukum, ada polisi, kejaksaan dan KPK.
Pak presiden yang terhormat juga berencana menaikkan harga BBM, masih untung rakyat miskin memperoleh kompensasi. Walaupun harus dengan berdesak-desakan antri berjam-jam sampai ada yang jatuh pingsan. Masih untung dapat kompensasi. Walaupun rakyat yang menengah kebawah terancam jadi penambah jumlah warga miskin, masih untung subsidi BBM hanya dikurangi, bukan dicabut. Masih untung juga negara masih memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar walau dengan memaknai memelihara dengan membiarkan rakyat tetap miskin bahkan sengaja memiskinkan rakyat. Kalau benar harga BBM mau dinaikkan, sakitnya tuh disini (sambil nunjuk dompet). Walaupun dompetnya isinya sedikit, masih untuk masih punya dompet.
Baru-baru ini ada tontonan yang dipertontonkan oleh para wakil rakyat, mereka ribut, gaduh, sampai-sampai nunjuk-nunjuk pimpinan sidang. Walaupun tingkah mereka dirasa seperti anak TK, tapi masih untung ada yang mau jadi wakil rakyat, padahal modalnya besar.
Wong cilik juga sudah mulai bosen dan bingung dengan pemberitaan politik media. Walaupun begitu masih ada untung masih ada yang mau memberikan informasi. Tayangan-tayangan di TV juga banyak yang terkesan kurang mendidik, tapi tetap saja masih ada untung ada yang menghibur dikala lelahnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selalu saja masih ada untung selanjutnya adalah yang berkenaan dengan keseharian sebagian rakyat Indonesia. Seorang anak tidak serius sekolah, masih untung dia mau sekolah. Orangtua ada yang tidak peduli dengan prestasi belajar anaknya, masih untung dia mau menyekolahkan anaknya. Untuk mahasiswa yang kuliah sudah lama dan belum lulus juga, masih untung dia mau kuliah, kapan-kapan juga lulus. Mungkin dia jadi aktivis, sibuk mengurusi orang lain, terus lupa dengan kuliahnya. Atau yang paling parah dia tidak pernah masuk kuliah, sibuk berfoya-foya, bersenang-senang menghabiskan uang kiriman orangtua. Tapi lagi-lagi selalu saja masih ada untung, yaitu untung masih mau kuliah, adaripada dirumah jadi pengangguran.
Ada juga orang yang malas belajar dan baca buku, tapi masih untung dia senang beli buku dan pergi keperpustakaan. Walaupun keperpustakaan tujuannya ke kantin perpustaan, daripada tidak pernah keperpustakaan bahkan tidak tahu alamat perpustakaan.
Inilah selalu saja masih ada untung versi saya, walaupun bahasanya belepotan, tapi masih untung saya masih mau belajar menulis.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H