Lihat ke Halaman Asli

Belajar Ngomong:"Mulutmu Harimaumu"

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang gampang berucap janji, banyak berjanji bahkan sampai lupa kalau pernah berjanji. Banyak orang yang mudah untuk berkata kasar, makian dengan menggunakan sebutan binatang kaki empat. Saking fanatik butanya dengan seorang tokoh sampai-sampai mencaci-maki orang yang mengkritisi tokoh tersebut. Banyak juga orang yang mudah berkata-kata untuk berkomentar miring, memberikan kritik, menyampaikan berita tidak benar yang berujung fitnah.

Beberapa tahun yang lalu, ketika masih di kampung, aku pernah berbincang-bincang dengan pamanku. Disela-sela percakapan kami, pamanku berkata:” Ngomong itu lebih mudah daripada kentut”. Setelah aku pikir-pikir ada benarnya juga perkataan pamanku itu. Begitu mudahnya orang-orang itu untuk berkata-kata (ngomong). Bahkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu sebelum ngomong, bagaimana dampak dari omongannya. Besar-kecil; tua-muda, semua hobby ngomong, baik secara lisan maupun tulisan. Ngomong ini dan itu, apa saja. Ngomong sesuai kata hati, ataupun nafsu dalam diri.

Banyak hal yang terjadi karena pengaruh omongan. Setiap orang ngomong punya tujuan masing-masing, bahkan omong kosong sekalipun. Ngomong untuk diskusi menyelesaikan suatu masalah, ngomong untuk curhat, mendongeng, bercerita, ghibah sampai fitnah, ngomong untuk memotivasi, ngomong untuk menjual, ngomong untuk kampanye, ngomong untuk berjanji, ngomong untuk mengadu domba, ngomong untuk memuji, bahkan ngomong untuk mencaci maki. Ngomong bisa untuk mempengaruhi orang lain, ngomong bisa menyebabkan orang jadi simpati, ngomong bisa menjadikan orang jatuh hati, ngomong juga bisa membuat orang jadi benci. Ngomong bisa menyadarkan orang yang tersesat, juga bisa sebaliknya, menyesatkan. Ngomong bisa untuk memotivasi, juga bisa untuk mengerdilkan, melemahkan dan menghancurkan orang lain. Ngomong mampu menjadikan orang paham, mengerti maksud sesuatu.

Selain ngomong untuk menjual sesuatu, ada juga orang yang jual omongan. Dibayar dan mendapat penghasilan dari omongan. Ada juga yang dipilih untuk mewakili rakyat yang dituntut untuk bisa dan berani ngomong. Kalau tidak berani ngomong bagaimana mau menyampaikan aspirasi rakyat. Mereka dibayar karena ngomong menyampaikan aspirasi rakyat. Kalau tidak ngomong takutnya malah tidur.

“Mulutmu harimaumu”. Ungkapan ini mengajak kita untuk berhati-hati dalam ngomong. Meskipun memiliki banyak fungsi untuk kebaikan, ngomong juga berpeluang untuk menimbulkan kemudharatan. Ngomong bisa menguntungkan bagi orang yang ngomong, bisa juga merugikan. Jika salah ngomong, bukannya mendapat simpati, tapi malah mendapat caci maki. Banyak sudah pengalaman orang bahkan pejabat publikyang ngomong kontroversi, dan akhirnya banyak yang tak simpati, menjadi dibenci bahkan sampai dibully dan dicaci maki.

Ada juga ungkapan “Kata-katamu adalah kualitas dirimu”. Ungkapan ini menunjukkan pada kita bahwa kualitas seseorang dapat dilihat dari omongannya. Ini juga ada hubungannya dengan ungkapan “Tong kosong nyaring bunyinya”. Jadi, tidak semua orang yang banyak ngomong itu orang pintar, luas pengetahuannya. Terkadang orang yang banyak omong ngomongnya asal-asalan tak ada maknanya. Ini juga dapat menunjukkan kualitas orang yang ngomong. Sedikit ngomong asal berkualitas, dan memiliki makna dan mampu memotivasi lebih baik daripada banyak ngomong tapi tak berkualitas.

Banyak orang menjadi besar dan tenar karena omongannya. Tapi tidak sedikit pula orang yang hancur karena omongannya. Kalau omongannya berkualitas itu menunjukkan orang itu luas ilmunya, dan mampu memotivasi orang lain. Ketika aku melihat orang pintar ngomong terkadang aku pingin sekali bisa pintar ngomong dan banyak ngomong, tapi aku takut kalau aku salah ngomong yang akan mencelakakan diriku sendiri.

Aku takut omonganku tidak memiliki makna dan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Aku pinginnya ngomong apa yang sudah aku kerjakan, atau minimal yang dalam waktu dekat akan aku kerjakan, bukannya sesuatu yang tak pernah aku kerjakan. Aku pingin ngomong sesuatu yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Tapi aku tidak pintar ngomong. Aku pingin ngomong banyak hal, tentang solusi permasalahan. Tapi aku tidak berwawasan luas, banyak hal yang belum aku ketahui.

Pertanyaannya, sudahkah omonganku, omonganmu, omongan kita bermakna dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain? Cobalah bertanya pada rumput yang bergoyang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline