Lihat ke Halaman Asli

Relative

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit menyinggung mengenai orang tua yang aneh bernama Einstein, beliau memperkenalkan sebuah teori Tentang Elektrodinamika Benda Bergerak. Pada 1905, sebagaimana yang tertulis dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_relativitas, beliau menyatakan jika dua pengamat berada dalam kerangka acuan lembam dan bergerak dengan kecepatan sama relatif terhadap pengamat lain, maka kedua pengamat tersebut tidak dapat melakukan percobaan untuk menentukan apakah mereka bergerak atau diam. Namun demikian, apa yang saya tulis disini bukan sepenuhnya tentang itu.

Seringnya penggunaan kata ‘relatif’ dalam kehidupan sehari-hari membuat saya tertarik mengungkap tabir ini. Dalam percakapan sehari-hari, dengan teman misalnya, atau lebih tepat rumpi-rumpi, misalkan seorang ditanya mengenai kekayaan, kecantikan, kemiskinan dan kroni-kroninya itu, sering sekali kita temukan jawaban dengan kata singkat ‘relatif’. Lalu sebenarnya seperti apa kata relatif ini meracuni pikiran kita??

Lets jump to my case

Kata relatif, sudah tertanam dalam pikiran kita sangat jauh-jauh sebelum simbah kita lahir. Kecuali mbah yang satu ini, Adam. Gosip mengenai Adam yang memakan buah khuldi memang telah menjalar keseluruh dunia, dan saat itulah relatif itu ada. Tertanamnya pohon buah khuldi dan larangan Tuhan memakan buah tersebut dan bagaimana pada akhirnya Adam memakannya, itu semua tentang relatif. Paham? Ya, tingkat kepahaman orang memang tidak sama, semua itu relatif.

Tapi semua itu relatif tentang bagaimana saya mendelay pokok persoalan saat ini. Ya! Intinya inilah hal absolutdalam diri saya yangkini menjadi relatif.

Angan yang berdekade (baca: skala 1:2.317) saya rancang untuk membuat hidup ini Nampak lebih indah menjadi relatif karena hidup yang relatif semakin tua. Menjauhi angan itu mungkin menjadi spekulasi yang relatif baik, ketika angan yang indah itu saya coba berikan bukan untuk diri saya pribadi. Hanya saja, ketika saya menatap foto dalam pikiran saya sebagaimana visualisasi atas angan yang saya buat sebelumnya hanya tinggal kenangan, berapa air mata yang harus terkucur? Ya! Itu relatif.

Ini hanya tentang diri saya. Bagi orang-orang yang kebetulan merasa dalam catatan ini, sadarilah bahwa ini semua hanya fiktif belaka. Dan ingat, semua ini relatif.

RELATIF SULIT DIMENGERTI SAAT ANDA TIDAK MENGETAHUI MENGENAI SAYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline