Lihat ke Halaman Asli

Kepiting Telor: Too Much.....Will Kill You

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Freddie Mercury (cine.misofa.es)

[caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Freddie Mercury (cine.misofa.es)"][/caption] Hal yang baik tetapi berlebihan akan menjadi sesuatu yang tidak baik. "Berhentilah makan sebelum kenyang".  Sama juga dengan lagunya Queen yang dinyanyikan oleh vokalis bersuara emas nan unik Freddie Mercury; "To Much Love Will Kill You". Karena semuanya akan terbentur dengan kondisi yang disebut dalam hukum ekonomi sebagai: "Law of Diminishing Return", yang bisa diartikan secara sederhana sebagai tingkat kepuasan yang menurun karena sesuatu yang berlebihan. Peristiwa ini aku alami hampir setahun yang lalu, tetapi aku masih bisa mengingatnya dengan jelas seperti terpatri erat di dalam otakku, tidak seperti menghapal kosakata Hangul (huruf Korea) yang sehari dihafal besoknya lupa. Mengapa peristiwa tersebut sampai demikian terpatri kuat dalam otakku? karena peristiwa yang aku alami hampir saja merengut nyawaku. Terima kasih Tuhan, Engkau masih mengijinkan hamba-Mu yang bergelimang dosa ini untuk bisa menghirup oksigen-Mu, dan merasakan hangatnya matahari-Mu. Yaa...Kepiting Telor yang hampir merengut nyawaku. [caption id="attachment_307188" align="aligncenter" width="583" caption="Ini Kepiting Telornya"]

1390239266559042758

[/caption] Sebenarnya malam itu perutku sudah sangat kenyang, tapi temanku mengajak untuk sekedar mencicipi warung sea food di dekat rumahnya. Wah rejeki nih, karena aku termasuk penggila sea food mana bisa menolaknya meski sudah kenyang. Masuk warung, langsung kami mengambil tempat duduk, dan temenku memesan satu porsi kepiting telur rebus. Kira-kira 30 menit menunggu datanglah kepiting pesanan kami. Wow lima buah kepiting rebus yang gemuk siap disantap. Temanku tidak begitu banyak menikmati kepitingnya, sehingga aku yang mendapat porsi makan lebih banyak. Satu demi satu kepiting rebus dengan telaten aku kupas, cuil dagingnya, hisap cairannya...wuah nikmat luar biasa. Sensasi yang luar biasa adalah pada saat mengunyah telurnya, benar-benar maknyus... kata Bondan Winarno. Tak terasa 3 ekor lebih kepiting telor aku habiskan, alhamdulillah kenyang sekali malam ini. Selesai makan kita berdua langsung pulang jalan kaki, karena jarak antara warung kepiting dengan rumahnya sangat dekat. Sedangkan, aku langsung menuju rumah tumpangan milik teman supervisorku. Ternyata pemilik rumah sedang tidak ada, untungnya dia sudah memberi kode angka untuk membuka pintu rumahnya. Masuk rumah langsung cuci muka, gosok gigi dan rebahan di kasur yang dihampar di lantai. Kira-kira sejam berselang, aku merasakan gatal di punggungku, aku garuk pelan-pelan. Rasa gatal yang semula hanya diatas pinggang menjalan keatas, terus aku garuk pelan-pelan. Meskipun sudah digaruk, rasa gatal di punggung tidak kunjung hilang, sedikit demi sedikit rasa panas makin menguat bercampur rasa gatal. Kemudian tanganku yang sekarang merasa gatal, aku garuk terus pelan-pelan. Aku rasakan gatal di punggung makin manjadi-jadi, sangat gatal dan panas. Ya Tuhan sekarang menjalar di segenap kulit kepala, kemudian mukaku juga terasa sangat gatal. Kemudian gatal di bagian punggung menjalar ke kaki, akhirnya sekujur tubuhku terasa gatal dan panas. Berikutnya aku rasakan kulit alisku menebal, demikian juga pipiku, serta daguku. Aku coba nyalakan HP dan melihat mukaku melalui front camera, ohhh Tuhanku, wajahku bengkak, tidak berbentuk, aku baru sadar saat itu bahwa aku sedang keracunan. Ini pasti karena makan kepiting telor. Aku panik, dan coba memuntahkannya dengan cara memasukkan jari ke kerongkongan, berhasil, tapi sakitnya luar biasa. Aku lakukan terus sampai yakin kepiting telor yang tadi aku makan telah keluar semua. Setelah itu aku minum air putih sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk mengurangi kepekatan racunnya. Setelah itu aku rebahkan badanku lagi sambil berharap gatalnya akan segera hilang. Akan tetapi yang terjadi sebaliknya, gatal makin menjadi-jadi, aku mulai panik, berharap pemilik rumah segera datang, tapi ini sudah jam satu malam belum datang juga. Tiba-tiba kurasakan nafasku berat dan tersengal-sengal, ya Tuhan kenapa lagi ini, aku buka pintu depan dan mencari udara bebas. Celakanya saat itu musim dingin, suhu diluar dibawah nol, tapi aku bertahan untuk bisa bernafas. Karena tidak kuat dengan dinginnya udara luar, aku masuk lagi, tapi pintu aku buka sedikit agar udara segar bisa langsung kuhirup. Tapi itu tidak cukup, aku harus masuk dan keluar rumah untuk bisa bernafas. Suatu saat, aku masuk dan rebahan di depan pintu, serasa kematian segara datang menjemputku, ya Tuhan, mungkin takdir-Mu aku harus meninggal di negeri orang. Entah berapa lama aku pingsan, seperti ada yang membangunkan. Terbangun, aku langsung kirim pesan ke temenku dengan koneksi wifi, aku tidak bisa menelpon karena kreditku sdh habis, tapi tidak ada jawaban. Aku berusaha bertahan hidup sekuat tenaga dengan mengingat ketiga orang anak dan istriku. Menjelang fajar aku beranikan diri kirim pesan ke supervisorku bahwa aku keracunan dan perlu ke dokter. Beliau menjawab akan segera datang. Alhamdulillah kira-kira menunggu 30 menit beliau datang. Sampai beliau datang temenku tidak juga membaca pesanku dan pemilik rumah yang memang hidup sendiri tidak juga kunjung pulang, Pertama kali melihatku, terlihat ekpresi beliau sangat terkejut, mungkin karena kondisi mukaku yang bengkak. Tanpa banyak bicara kami segera meluncur menuju rumah sakit terdekat di Mungyeong City. Setelah mendaftar dan menunggu sesaat, aku diperiksa oleh seorang dokter, kemudian diminta masuk ke sebuah ruangan untuk injeksi obat. Selesai injeksi, kami diberi resep obat yang langsung bisa diambil di bagian obat. [caption id="attachment_307189" align="aligncenter" width="597" caption="Obat Keracunan Kepiting"]

1390239356953881261

[/caption] Kami tidak langsung pulang, tetapi berputar-putar untuk mencari warung yang buka, karena memang masih pagi. Syukurlah, akhirnya kami menemukan sebuah warung bubur ayam. Dengan cekatan beliau memilih menu dan dalam waktu limabelas menit, bubur telah siap dalam bungkusan. Selama perjalanan pulang, aku merasakan rasa gatal berangsur-angsung berkurang, terima kasih ya Tuhan. Sampai di rumah, bubur langsung aku makan dan obat dengan cepat kuminum dengan harapan segera hilang total rasa gatalnya. Sesaat kemudian beliau pamit dan berpesan untuk selalu memberi kabar tentang kondisiku. Aku mengangguk kuat bersamaan dengan ucapan terima kasih yang mendalam. Aku berguman, Tuhan mengirim beliau untuk menyelamatkan nyawaku. Selama tiga hari aku istirahat, rasa gatal dan muka bengkakku berangsur-angsur pulih dan aku kembali sehat seperti sedia kala. Ya Tuhan terima kasih, engkau masih memanjangkan umurku dan memberiku kesempatan untuk bertemu kembali dengan keluargaku. Sampai detik ini aku tidak tahu racun apa yang hampir saja merengut nyawaku, mungkin saja kepiting telurnya telah ditumbuhi bakteri yang menghasilkan histamin dalam konsentrasi konsentrasi tinggi. Sajak saat itu dan sampai detik ini aku tidak pernah dan tidak akan lagi makan kepiting telor, sebuah trauma tingkat tinggi. Nah...seperti judul lagu yang dinyanyikan Freddie Mercury dengan sedikit modifikasi "Too Much Kepiting Telor Will Kill You"...Sesuatu yang berlebihan akan memberikan dampak yang buruk...Semoga bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat. Salam... (Korea, 21/1/2014, 2:14)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline