Lihat ke Halaman Asli

Kuburkan Saja Istilah Orla dan Orba Itu

Diperbarui: 23 Desember 2017   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar; www.bukusemu.my.id

Tulisan ini dipersembahkan kepada umat Kristiani di seluruh Indonesia yang kini sedang merayakan Hari Natal 25 Desember 2017 M. Semoga dalam merayakan Hari Natal tersebut umat Kristiani mendapat berkah dari Yang Maha Kuasa serta aman di dalam menjalankan ibadah. 

Artikel  saya ini bukan Hadiah Natal melainkan menyatakan rasa simpati saya kepada umat Kristiani yang dahulu pada zaman Orde Baru (Orba) pernah dizholimi oleh Penguasa. Kita masih ingat dengan kasus HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sumatera Utara beberapa puluh tahun yang lalu yang telah membuat organisasi itu terbelah dua.

Urusan agama dibawa ke ranah politik, yah, akhirnya berserak-seraklah. Yang satu pro Pemerintah dan yang satu lagi ingin mempertahankan konsistensinya.

Untuk memporak porandakan suatu institusi itu gampang sekali. Gunakan saja istilah Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba) maka selesailah sudah.

Pada masa Soeharto berkuasa dahulu istilah-istilah Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba) selalu kita dengar setiap harinya. Bukan hanya di dalam setiap pembicaraan saja tetapi juga di dalam setiap orasi-orasi. Begitu pula dalam dunia literasi dan dunia informasi seringkali kedua terminologi itu kita jumpai.

Seakan dua istilah terminologi politik tersebut sangat ampuh digunakan untuk mendiskreditkan, untuk membatalkan fasilitas, untuk mengintimidasi, bahkan juga untuk mendiskriminasikan, dan sampai juga kepada kultur politik yang mendera kehidupan masyarakat.  

Kalau bukan Soeharto, siapa lagi yang membuat istilah-istilah tersebut. Dari dialah datangnya istilah-istilah Orla dan Orba itu. Dalam kurun waktu yang cukup lama tidak sedikit yang menjadi korban dari kedua istilah terminologi politik tersebut. 

Kini kita ikut-ikutan pula latah menyalin ulang jejak Soeharto dengan menyebut Orde Reformasi buat masa kita sekarang ini sebagai pengganti Orde Baru (Orba) yang sudah bubar itu.

Tetapi, orang-orang yang mengaku dirinya Orde Baru (Orba) dahulu bahkan, diantaranya ada yang mengaku Orbanya itu 24 karat namun, setelah datangnya Orde Reformasi tidak ada satu pun yang ditangkap dan ditahan, termasuk dirinya Soeharto sendiri selaku arsiteknya Orde Baru.

Beda dengan Orde Baru dahulu, banyak dikalangan orang-orang Orde Lama yang dipenjarakan, termasuk Soekarno sendiri yang sampai saat ini kita tidak tahu apa kesalahannya. Korban dikalangan orang-orang Orde Lama semasa Soeharto dahulu berkuasa jumlahnya tidak sedikit.

Jika dikumpulkan seluruh Napi dari seluruh penjara yang ada di Indonesia ini belum sebanding dengan korban Orde Baru dahulu. Sepertinya Orde Reformasi itu adalah orde yang rapuh dan tak mempunyai sikap politikyang tegas.   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline