Lihat ke Halaman Asli

Muhammad KhoirulWahid

SENIMAN | EDITOR | TRAVELER

Negara Pesulap Menuju Negara Investor

Diperbarui: 18 Februari 2021   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

NEGARA PESULAP MENUJU NEGARA INVESTOR

 Aku terbangun ketika dari ramainya kehidupan pasar semakin memecah keheningan,bahkan burung yang berkicau riang tak terdengar seakan kalah tinggi suara intonasi ibu-ibu yang menawar. Aku widji Thukul nama yang sama dengan aktifis hilang pada masa reformasi negara Indonesia,nama itu bapakku yang memberi karena ingin aku menjadi warga yang suatu hari diaharap dapat merubah bangsa menjadi lebih baik dan maju.

Ketika nyawa masih diambang antara keadilan dan kemanusiaan aku keluar dari kamar dan melihat bapakku sedang serius meneyeruput kopi panasnya sambil dengan jeli melihat berita di stasiun TV pagi ini. Aku duduk di sebelahnya mengucek-ucek mataku agar lebih jelas aku melihat berita pagi ini. Ah... Berita sama lagi setiap hari seperti menjadi santapan sarapan sebelum menu penutup dari ibu.

Kegaduhan di pasar semakin terdengar ketika emak-emak tawar menawar dengan sang penjual tempe yang merasa harga tempe lebih mahal daripada harga bibit lobster di china. “Tentu saja.” Kataku dalam hati. Kasus permainan kursi pemerintahan seeprti cerita anak-anak di warkop yang semua ujungnya sama di akhir cerita KORUPSI. 

Separti sebuah ajang Piala Dunia yang semua negara, termasuk pemain ingin menjadi terkenal di Dunia. Ini cerita lama sama seperti nenek menceritakan masa kecilnya yang semua ceritanya tentang orang bergelar panjang yang mendidik para penerusnya untuk bisa masuk kedalam sel besi.

Aku teringat sinetron serial kesukaan ibuku Mahabarata yang mengisahkan kegagahan Lima Pandawa dalam kerjaan kuno. Mungkin baiknya pemain kursi negara kita dijadikan mereka saja yang selalu main tebas terhadap pengkhianatan. Dan akan jadi menarik ketika kepala pemimpin kita dijadikan Sofenir tambahan dari bantuan rakyat miskin yang mereka jipili secarik demi secarik rupiahnya “daripada kurang atau tidak sama sekali”. 

Yahh... Ide gila itu terus-terusan membuat aku semakin berfikir keras cara bagaimana membangun bangunan megah dengan desain anti peluru,peledak,dan senjata tajam juga tentu saja anti badan pemeriksa keuangan pemerintah, dan mungkin saja aku harus memanggil arsitek terkenal kerajaan Majapahit yang memiliki segudang bahan tambang untuk membangunnya.

Hanya cerita rakyat yang tumbuh didalam budaya.

Bapakku masih fokus dengan berita yang diselingi ocehan reporter wanita itu. Ahh... Acara membosankan yang setiap hari isinya sama saja, semua isinya hanya sinetron pemerintah negara yang ujungnya Happy ending untuk Si Dalang negara.

Ajang semakin membabi buta ketika Si Dalang berkolaborasi dengan Si Virus pada album perdananya berjudul “Penguasa Negara Pesulap” dan akan dirilis sebulan lagi di Indonesia tepatnya pada Bulan Maret personil Si Virus dan Si Dalang akan meluncur ke negara Indonesia. Sebenarnya ini hanya alunan irama lama dari pendahulunya, hanya saja mereka terlalu mengagumi pendahulunya di era Presiden sebelumnya. Begitulah kondisi negara yang katanya secuil dari surga, Ha...surga? Surga yang berbatasan dengan neraka lebih tepatnya.

“Investasi Dalam Pandemi” begitulah cara bertahan. Kala pandemi datang kata rimba “siapa yang lemah, akan musnah” seakan terwujud di negara kita. Dan sekarang gedung pemerintahan adalah hutan rimba, mereka elit politik negara sedang berlomba bagaimana cara menghabiskan uang negara alias KORUPSI. Ketika Bapak Mensos kita mengoceh bahwa koruptor akan dihukum mati, aku paling lantang berteriak “setuju..!!” 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline