Kampus mengajar merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Mengajar (MBKM), yang menggandeng mahasiswa diseluruh perguruan tinggi dibawah naungan Kemendikbud sebagai inovasi dan gagasan baru dalam bidang Pendidikan. Program ini bertujuan sebagai wadah mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan potensi diri diluar kampus. Sekolah yang menjadi sasaran Program Kampus Mengajar Angkatan I adalah Sekolah Dasar (SD) di wilayah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar).
Program kampus mengajar yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi membawa banyak cerita. Salah satunya adalah saya Wahidatul Asfia, Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan yang lolos seleksi Kampus Mengajar Angkatan ke-1, dengan penempatan di SDN 06 Wonosari Kabupaten Musi Rawas yang bertempat di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Ada 7 mahasiswa terpilih dari 6 Universitas yang berbeda di SD tersebut. Tujuan dari program Kampus Mengajar adalah untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Adapun kegiatan mahasiswa meliputi: Membantu meningkatkan literasi dan numerasi, Membantu adapatasi teknologi, dan Membantu administrasi sekolah.
SDN 6 Wonosari terdapat lima tenaga pendidik. Lima tenaga pendidik tersebut terdiri dari satu kepala sekolah, dua guru honorer, dan dua guru PNS. Di SD tersebut memiliki 29 siswa secara keseluruhan. Walaupun dengan murid yang sedikit dan kekurangan tenaga pendidik namun pembelajaran berjalan dengan baik.
Sepenggal cerita dari saya saat mengikuti Kampus Mengajar Angkatan 1. Di SDN 6 Wonosari, siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Beberapa siswa sangat aktif saat belajar dan sering bertanya jika ada yang kurang dipahami. Namun salah satu siswa yang saya damping dalam belajar sangat pasif di kelas, belum bisa baca tulis. Walaupun sudah kelas IV SD, namun siswa tersebut belum dapat membaca dengan lancar dan ketika disuruh menulis materi yang ada di dekte oleh guru, siswa tidak bisa mengikuti. Untuk mengatasi masalah siswa yang belum dapat membaca, mahasiswa Kampus Mengajar angkatan 1 bersama kepala sekolah dan guru-guru berkolaborasi membuat Program Sudut Baca Kelas.
Sudut baca kelas adalah suatu sudut atau tempat lain yang berada di dalam kelas yang digunakan untuk menata buku atau sumber belajar lainnya dalam rangka meningkatkan minat baca dan belajar peserta didik melalui kegiatan membaca yang menyenangkan.
Di SDN 6 Wonosari sudah terdapat perpustakaan, namun tidak digunakan dengan semestinya. Ada banyak buku di perpustakaan dengan beragam tema, namun guru hanya berfokus pada pembelajaran di kelas dengan buku tematik yang ada. Oleh karenanya, mahasiswa kampus mengajar bersama pihak sekolah berkolaborasi untuk membuat program sudut baca kelas dengan memanfaatkan buku-buku yang ada di peputakaan. Setelah rencana prorgam disetujui oleh pihak sekolah, mahasiswa kampus mengajar bersama beberapa siswa membereskan perpustakaan. Buku-buku dikelompokkan sesuai tema dan muatan pelajaran didalamnya, kemudian disusun dirak dengan rapih. Kami juga membuat administrasi perpustakaan untuk mencatat buku yang di pinjam dan sudah dikembalikan.Untuk membuat sudut baca kelas, mengambil beberapa buku dari perpustakaan seperti buku cerita atau buku bacaan yang menarik untuk sudut baca pada setiap kelas. Kemudian sudut baca dihias sedemikian rupa agar nyaman dan menarik.
Setiap sebelum memulai pembelajaran semua siswa diminta untuk membaca di sudut baca kelas, untuk meningkatkan literasi siswa. Untuk siswa yang kurang dalam membaca diberi pendampingan intensif, guru menyimak saat siswa tersebut membaca. Guru juga memberikan pedampingan dalam peningkatan kemampuan menulis siswa, dengan pemberian tugas menulis beberapa paragraph atau juga berlatih didekte. Pembelajaran tidak hanya berfokus pada guru dan siswa namun juga dapat terjadi antarsiswa seperti belajar tutor sebaya, siswa lain mengajarkan temannya membaca dan menulis. Dengan demikan tingkat literasi baca tulis siswa akan meningkat secara menyeluruh.
Dalam priode masa kampus mengajar angkatan 1 kurang lebih 3 bulan, tingkat literasi baca tulis siswa tersebut meningkat dengan baik. Siswa mampu membaca dengan lancar dan saat didekte menulis dapat mengikuti dengan baik. Siswa mampu membaca didepan kelas tanpa malu. Dan tentu saja kemampuan literasi siswa lain ikut meningkat pesat.
Kebiasaan membaca akan tumbuh apabila siswa mendapatkan akses yang lebih banyak terhadap buku-buku terutama di sekolah. Melalui adanya sudut baca dan perpustakaan dengan bahan bacaan yang sesuai dan berfungsi secara optimal di sekolah akan membantu membangun cinta dan kebiasaan membaca di sekolah. Siswa akan mendapatkan keuntungan secara langsung dengan memiliki akses ke sudut baca dan perpustakaan karena mereka dapat mengeksplorasi banyak buku, pengalaman dan terlibat dalam banyak aktivitas membaca di sudut baca maupun perpustakaan yang membangun kenikmatan membaca untuk memaksimalkan cinta akan buku. Demikan sepenggal kisah dari kampus mengajar yang saya alami dilapangan, semoga dapat menginspirasi dan bermanfaat untuk kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H