Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Abdul Wahid

Guru & Desainer Grafis

Refreshing

Diperbarui: 30 November 2016   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di Indonesia sering sekali orang mengatakan kata refreshing, saking seringnya bahkan hampir tiap hari saya menemukan kata tersebut pada dinding status media sosial (BBM, WA, FB, Twitter, Line) dan hal tersebut selalu berhubungan dengan hasrat ingin jalan-jalan di tengah rasa capek dan suntuk entah masalah kerjaan atau masalah tugas (bukan hanya skripsi).

Refreshing dan Jalan-jalan memiliki makna yang berbeda, bagi saya refreshing belum pasti jalan-jalan, jalan-jalan pun belum tentu refreshing. Namun, dalam realitanya refreshing lebih sering hadir dalam nuansa jalan-jalan. Padahal, lahirnya kata refreshing dalam kamus bahasa Inggris memiliki makna segar-penyegaran. Lantas bagaimana bisa refreshing kemudian beralih 'maksud' menjadi jalan-jalan ? Sedangkan kita sendiri tahu bahwa habis mandi pun rasanya segar, bukankah itu refreshing ? Haha. Tidak usah dibahas panjang lebar, yang penting mari refreshing, eh jalan-jalan.

Tadi malam kurang lebih pukul 20.00 WIB temen saya yang bernama sebut saja 'Ge' maen ke kontrakan, sembari membawa makanan dan kebetulan saja saya belum keluar beli makan. Alhasil, makanan pun di santap bersama-sama. Romantisme sahabat saya ini memang tergolong tinggi, pasalnya setiap kali saya butuh 'pinjaman', dia acap kali berdiri di barisan paling depan (seperti komandan upacara saja).

Setelah berbincang-bincang cukup lama akhirnya keluarlah kata 'Ayo Refreshing' diantara kami, tak lama kemudian pukul 20.45 WIB kami pun keluar, jalan-jalan ke Simpang lima entah mencari apa, yang penting ada nuansa pemandangan bebas. Di sana hanya berjalan memutari area simpang lima, dan kira-kira sudah mendapat setengah putaran, ada hiburan yang cukup unik yakni hantu-hantuan. Hantu-hantuan ini bukan hantu beneran, ia hanya manusia biasa yang di dandani sedemikian rupa sehingga bentuk fisiknya kemudian berubah seperti makhluk halus pada umumnya (kayak di Televisi).

Nah dari sinilah ada yang aneh, kami coba pandangi lama-lama hantu tersebut lantas ia membalas dengan melambaikan tangan kalo dalam bahasa jawanya itu 'ngawe-ngawe' supaya bisa berfoto wefie dengan dia, namun ada keragu-raguan disini, entah apa yang membuat ragu kami pun tak tahu (masalah dana kali ya haha), sehingga kami hanya melanjutkan perjalanan putar-putar lagi, cari tempat yang enak buat lesehan kata Ge. Belum ada sepuluh meter melanjutkan perjalanan ada perasaan aneh, lantas kami menoleh ke belakang dan benar hantu model kuntil anak itu ternyata mengejar kami, karena belum persiapan untuk ditakut-takuti kami berlari dengan perasaan yang tak biasa (seperti perasaan cinta), saya berlari sekencang-kencangnya bersama si Ge (serius ini), setelah sadar bahwa itu hanya hantu boongan, akhirnya kami duduk 'ngleprah', jantung berdetak begitu kencang, orang-orang yang berada di pinggiran menertawakan kami, tak terkecuali para pedagang asongan, juga cewek cantik bercelana hitam ikut tertawa terpingkal-pingkal.

 "Lanang kok wedinan" timpal cewek tersebut dengan ekspresi sok imut sambil duduk menyaksikan kami yang sedikit gregetan. Setelah menenangkan diri akhirnya kita pun sadar beneran dan sambil melanjutkan perjalanan muter, kami gantian yang tertawa lepas. Tak peduli orang lain mengira akibat apa, yang penting Hahahahahaa (terus seperti itu di sepanjang jalan). 

Lima menit berselang kami akhirnya dapat tempat lesehan, tepat di sekitar anak-anak yang bermain mobil-mobilan. Pedagang asongan datang menawarkan pisang dan kacang, dengan perasaan yang masih kesal akhirnya saya beli 3 bungkus kacang meski berangkat hanya dengan sangu pas-pasan. 

Sambil melihat pemandangan sekitar kemudian kami mulai membahas dunia perkuliahan yang masih berantakan. Hingga akhirnya mulai lelah dan kantuk, tepat pukul 22.40 WIB kami pun pulang, pulang dengan perasaan was-was karena siapa tahu hantu boongan tadi ikut bonceng di belakang. Hihihihi

Hahaha

Terimkasih dan salam takdzim kawan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline