Lihat ke Halaman Asli

Wahida Millah

mahasiswa

Seberapa Bahaya Cinta dalam Hidup

Diperbarui: 24 Januari 2022   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seorang filsuf ateis Sartre mengatakan bahwa manusia itu bebas, merdeka dan bukanlah suatu cipataan tuhan. Dalam aliran eksistensialisme manusia bebas memilih apa yang ingin mereka lakukan dan akan menjadi apa mereka selanjutnya. Dalam aliran ini juga menyatakan bahwa salah satu komponen manusia ialah menjadi makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Terdapat berbagai macam jenis hubungan yang yang terbentuk antara individu dengan lingkungan sosialnya. Salah satu jenis hubungan yang terbentuk ialah hubungan intim dengan lawan jenis yang dilandaskan pada komitmen atau hanya adanya keinginan membangun hubungan sesaat. Hubungan intim yang terbentuk dengan lawan jenis akan selalu dilandasi oleh perasaan yang dikenal dengan istilah cinta.

Cinta dijelaskan oleh salah satu teoritis psikologi Robert Jeffrey Stenberg merupakan gabungan dari tiga komponen penting yaitu, intimacy yang merupakan bentuk kedekatan perasaan serta hubungan romantic, passion yang merupakan bentuk dorongan seksual dan hasrat, dan commitment yang menjadi keputusan seseorang untuk menjaga perasaan itu dan mencintainya atau tidak. Cinta memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Cinta dapat memberi hidup seseorang dan kebahagian, tetapi cinta juga dapat membuat orang menghancurkan hidup orang tersebut. Pemahaman akan cinta perlu didalami agar seseorang dapat menempatkan dengan baik cinta dalam hidupnya.

Seorang filsafat Yunani kuno Plato yang juga merupakan seorang sastrawan mengenalkan satu karyanya symposium dan kaitannya antara eros, hakikat cinta dan manusia dalam memahami bagaimana itu cinta. Jatuh cinta menjadi bagian dari suatu pengalaman cinta yang menyangkut adanya ketertarikan antara laki-laki dan perempuan karena ada pengalaman keindahan dari keduanya atau dapat dikenal sebagai pengalaman akan eros.  Tidak berhenti disitu, jatuh cinta dengan pengalaman akan eros didalamnya tidak terlepas dari sikap egois dari orang yang sedang jatuh cinta. Ego ada untuk menempatkan diri sendiri menjadi pusat perhatian. Ego akan mencari kepuasan untuk dirinya sendiri, begitu pula dalam jatuh cinta. Selain itu, pengalaman eros dengan pengalaman jatuh cinta akan membawa seseorang dalam kebahagiaan yang diharapkan akan berlangsung abadi. Tetapi, hidup akan selalu dinamis, begitu juga cinta yang mereka rasakan. Hal tersebut lah yang membuat kegilaan manusia dalam cinta, membuat manusia menjadi buta karena cinta karena tidak sesuai dengan realita yang ada.

Plato menjelaskan tipe cinta yang dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Aprodhite Pandemus menjadi tipe cinta yang membuat seseorang menjadi lebih buruk dimana tujuan dari cinta ini hanya mencari kesenang fisik serta membuat orang menjadi budak kesenangan bagi dirinya dan orang yang dicintainya.Aprodhite Urania menjadi tipe cinta yang dapat membuat seseorang menjadi lebih baik dalam versi dirinya. Pada tipe ini cinta tidak berfokus pada kepuasan fisik saja namun lebih kepada mencintai jiwanya dan melihat keindahan dari jiwa orang yang dicintainya.

Jadi, cinta ada seperti dua mata pisau yang tajam. Cinta bisa membangkitkan gairah dalam hidup atau menghancurkan hidup. Perlu pemahaman cinta secara utuh agar menghindarkan manusia terperosok dalam cinta. Cinta dapat dikontrol ketika manusia dapat mengontrol egonya. Seseorang yang jatuh cinta perlu mengembakan perilaku moral agar egosime tidak menguasai sikap egoisnya dan dapat mencapai tujuan dari cinta yaitu kebahagiaan dan juga untuk menghindarkan manusia dari aprodhite pandemus atau cinta yang merusak hidup.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline