Lihat ke Halaman Asli

Beli Rel Pakai Bintang

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Fatih terlihat agak susah berjalan karena dia membawa tas plastik besar berisi mainan rel kereta api seharga 3000 yen. Begitu juga Husna, dia sampe meminta tolong aku membawakan tas plastiknya yang berisi briks seharga 1200 yen. Tapi wajah mereka tampak gembira karena hari yang telah ditunggu tiba. Mereka menguangkan poin yang mereka kumpulkan selama berhari-hari bahkan dalam hitungan bulan. Apakah kami sebagai orang tua pilih kasih terhadap anak sehingga membelikan mainan dengan harga yang jauh berbeda?3000 yen dan 1200 yen itu adalah poin yang mereka dapat setelah bintang mereka dikurangi petir. Dan poin itulah yang mereka gunakan untuk membeli mainan. Harga itu sebanding dengan usaha mereka sendiri-sendiri. Aturan ini kami terapkan karena mereka tak henti-hentinya minta mainan setiap kali pergi ke AEON. Maka kami bikin MoU dengan mereka. Siapa yang membantu abi dan umi akan mendapat bintang, siapa yang tidak memperhatikan larangan orang tua akan mendapat bom dan siapa yang menyakiti saudaranya secara fisik akan mendapat petir. Bintang terbanyak mereka peroleh jika ada aktivitas sekolah hari itu. Maklum, udara sangat dingin sehingga kami sebagai orang tuapun rasanya malas keluar dari selimut untuk menyiapkan bekal sekolah. Menghabiskan roti 5 bintang, menghabiskan susu 5 bintang, memakai baju sendiri 10 bintang, menyikat gigi 15 bintang, memakai kaos kaki dan sepatu sendiri 10 bintang. Berangkat sekolah 50 bintang – yang mereka maunya digambar matahari dengan berbagai pose. Membantu menyapu, mengepel lantai, membereskan mainan, menghabiskan makan masing-masing 10 bintang Namun jika mereka tidak memperhatikan larangan kami, misalnya tidak boleh merebut mainan adik kemudian dilanggar maka bintang mereka dikurangi 1 bom. Memukul saudara dikurangi 1 petir yang berarti 5 bom. Tetapi jika telah merebut mainan adik kemudian minta maaf maka bomnya dihapus dan saudara yang telah direbut mainannya mendapat 1 bintang karena memaafkan. MoU ini ditempel di pintu lemari. Jadi setiap saat kami semua bisa melihat siapa yang paling banyak dapat bintangnya. Kami, sebagai orang tua ingin segera menerapkan ilmu-ilmu yang kami dapat dari bacaan-bacaan tentang parenting kepada anak kami. Salah satunya adalah dengan mengajarinya menghargai usaha. Kami juga ingin anak kami berguna bagi banyak orang, sehingga awalnya mereka harus berguna untuk diri mereka sendiri. Caranya adalah dengan mandiri, tidak merepotkan orang lain. Dengan MoU ini juga, kami hendak mendisiplinkan diri sendiri supaya tidak marah kepada anak apalagi sampai mencubit atau memukul. Jika misalnya anak kami menumpahkan susu, menulisi lantai, menuang 1 botol sampo ke bak mandi atau ke`nakal`an kecil lainnya kami hanya mengingatkan tentang bom yang bisa mereka terima. Maka supaya tidak mendapat bom, mereka harus bertanggung jawab pada apa yang telah mereka kerjakan. Menumpahkan susu berarti harus mengelap sampai bersih, menulis dilantai berarti harus digosok pake lap basah. Akhirnya tidak capek karena marah-marah, masalahpun diatasi oleh sang pembuat masalah. Kami mendisiplinkan anak untuk memenuhi kewajibannya. Jika dia tidak mau maka kami akan mengurangi hak yang akan dia terima. Misalnya, mengaji adalah kewajiban, tapi jika dia terus pengen main maka haknya mendapat coklat jamur atau es krim tidak akan kami berikan. Jika anak kami merengek minta sesuatu, maka kami ajari caranya berkata yang tegas sambil tersenyum. Kami melihat bahwa mereka sungguh-sungguh berusaha menjalankannya karena itu sulit bagi kami, apalagi bagi mereka. Husna merengek minta dibuatkan susu. Lalu abinya mengajari: “Sayang, minta yang bagus gih. Kan kemarin sudah diajari”. Tapi Husna dengan ke`cengkal`an penuh berteriak-teriak minta susu. Dia pun tidak peduli dengan bom yang akan dia terima. Maka kami biarkan dia dan menegaskan, semakin dia merengek, semakin dia berteriak maka tidak ada susu baginya. Maka Husna dengan susah payah menghapus air matanya dan tersenyum pada abinya sambil berkata, “Bi, minta tolong, aku mau susu. Boleh?”....Wah, Kamu hebat, Nak! Banyak hal yang kami dapat dari guru kecil kami yang kadang membuat kami terharu. Fatih sangat marah kepada Husna karena Husna telah merebut mainannya. Ketika akan memukul adiknya tiba-tiba dia teringat bahwa hal itu akan mengurangi bintangnya. Sehingga dia menangis keras untuk melampiaskan kemarahnya. Namun tiba-tiba pula dia mengusap air matanya dan tersenyum sambil mengulurkan tangan pada adiknya, sambil berkata, “Husna, maafkan aku yang tidak mau berbagi denganmu. Kamu boleh kok pinjam, tapi lebih baik kamu bilang dulu `Mas, boleh pinjam mainannya?` Gitu caranya Husna” (Catatan: kalimat ini bukan rekayasa, asli keluar dari mulut Fatih n_n ) Subhanalloh, anakku. Kata-katanya membuat aku malu. Walau ibunya, aku tidak pernah terpikir untuk memaafkan orang yang telah merebut milikku bahkan mengajari bagaimana caranya supaya orang itu tau bagaimana cara meminta yang benar. Terima kasih ya Nak. Telah menjadi guru bagi abi dan umi. Kami akan terus berusaha belajar menjadi orang tua yang baik bagi kalian. Ajari kami selalu.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline