Lihat ke Halaman Asli

wahana slamet

Alam selalu baik

Satu Cara Memilih dan Menilai Pemimpin

Diperbarui: 25 September 2015   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dijaman sekarang ini menulis bukanlah hal yang mustahil ataupun asing untuk kita lakukan,tak seperti 30 ataupun 50 tahun yang lampau,dimana menulis dan membaca adalah suatu keahlian yang mahal bagi sebagian besar masyarakat kita.Apalagi di era sekarang sudah banyak generasi bangsa ini mendapat gelar sarjana, dimana mereka sudah pasti berpengalaman menulis sebuah karya ilmiahnya.Dalam kontek ini tulisan bukan sekedar coretan tanpa makna namun lebih mewakili suatu pemahaman suatu hal oleh si penulis,sehingga maknanya bisa kita tangkap secara utuh,boleh dikatakan suatu ilmu atau pemikiran sebuah gagasan dari awal sampai akhir tujuannya mengandung esensi dari maksud tulisan tersebut.

Bukankah sudah kita ketahui bahwa kejadian,misteri ataupun pemikiran besar diungkapkan melalui sebuah karya tulis.Dari hanya sebuah gambar-gambar sederhana,coretan di batu,simbol-simbol sederhana,catatan sejarah sampai dengan kitab-kitab maha agung yang akhirnya menjadi jembatan masa dahulu dan sekarang atau bahkan sebagai pedoman kehidupan dimasa sekarang .Guratan di Gua Maros,Prasati-prasasti dicandi ataupun kitab-kitab budaya menunjukan betapa arifnya mereka menyampaikan sebuah ide pemikiran .Semua karya tersebut bukan tanpa makna melainkan memiliki sebuah maksud,pemikiran serta ekspresi yang tersirat secara implisit ataupun eksplisit .Mereka leluhur kita yang notabene hidup di masa lampau jaman dahulu kala sudah merepresentasikan ungkapan,gagasan ataupun analogi kehidupan pada jamannya melalui sebuah tulisan,yang kelak beribu-ribu tahun kemudian kita temukan dan akhirnya menjadi sebuah keajaiban setelah kita mampu untuk memahami maksud dari peninggalan-peninggalan karya mereka meskipun terpisah oleh rentang kehidupan yang panjang.Tidakkah sebaiknya kita mencontoh apa yang telah dilakukan oleh leluhur kita dalam menyampaikan sebuah gagasan dengan segala kearifannya.

Bagi para pemangku kepentingan dan para pejabat Negara dan calon pejabat kita Indonesia,seyogyanya sudah memiliki sebuah konsep ataupun ideologi dalam alam pemikiran mereka yang bisa mereka sumbangkan bagi bangsa ini dan tentunya berpuncak pada sebuah kemajuan bangsa.Mereka harus tahu dan memahami cara-cara mendistribusikan gagasan yang mereka konsep melalui saluran-saluran yang mudah dipahami oleh khalayak Negara ini,bukan secara tendensius terpenggal-penggal yang hanya beresiko gagalnya masyarakat untuk menangkap pesan mereka,malah terkadang menjadi bumerang dan melahirkan pandangan kurang bagus.Banyak kita lihat di media sekarang ini sensasi-sensasi yang mereka lontarkan seakan-akan solusi atas suatu hal yang cenderung ke perang kata-kata kurang bermakna tanpa kita ketahui jalan pemikiran atas suatu gagasan secara utuh ,kita hanya disuguhi capture ungkapan yang cenderung malah membikin gaduh dan simpang siur,seakan kita di didik untuk melakukan hal serupa oleh para pemimpin dan wakil kita.Bayangkan dan kita tenggoklah pada moyang kita yang dengan tulus memberikan gagasan utuh demi kemajuan peradapan manusia.

Bukankah lebih benar jika para pemimpin kita mau menuangkan pandangan,ide dan pokok-pokok pemikiran mereka dalam sebuah karya buku yg lebih bisa kita terima secara lengkap wawasan ataupun jalan pemikiran mereka.Budaya tersebut juga semakin memperkaya referensi bagi generasi kita secara otentik dan orisinil dari para pemimpin yang mewariskan sebuah karya meskipun banyak juga karya tulis dipandang sebelah mata ataupun terabaikan.Sebuah pandangan mungkin akan berbeda ataupun bertolak belakang dengan pandangan lainnya tidaklah mengapa, namun paling tidak bisa tersampaikan dengan utuh.Tak terlalu sulit untuk para pemimpin kita untuk menulis dalam rangka menuangkan ide dan pemikiran,bukankah sebagian besar dari mereka sudah berpengalaman menyusun sebuah skripsi,tesis ataupun disertasi dimasa lampaunya?Andaipun hari ini tak terbaca ataupun tak tersentuh sebuah karya tulis atas sebuah konsep dari sebuah pemikiran yang dimaksudkan bagi kemajuan negeri ini, bisa jadi diwaktu-waktu mendatang tulisan atau gagasan tersebut akan menjadi sebuah pandangan yang besar.Bukan sebuah kenaifan gagasan tulisan ini yang berisi himbauan untuk menyampaikan maksud secara utuh dan bervisi melalui tulisan dalam sebuah buku sebagai respon atas budaya para wakil-wakil, pemimpin kita yang terkondisikan ataupun mengkondisikan diri menyampaikan dengan secara instan dimedia sehingga kita pun terkondisikan menangkap semua itu secara instan pula.Budaya tersebut bukanlah kebiasaan yang bagus bagi Indonesia,terlebih sekarang ini kita akan melakukan pemilihan pemimpin secara serentak. Saat ini waktu yang tepat bagi calon pemimpin bangsa ini untuk membuktikan jalan pemikiran masing-masing mereka secara utuh,berkonsep sehingga kita mampu menangkap maksud dari pesan-pesan mereka,bukan hanya sekedar kampanye-kampanye praktis yang cenderung potongan-potongan sensasi.Buku adalah cermin sekaligus bukti pandangan mereka dan kelak menjadi parameter kita dari sikap para pemimpin kita.

 

24 September 2015

Tanjung Buli,Halmahera Timur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline