Lihat ke Halaman Asli

Syainullah Wahana

Berlokasi di Sulawesi Indonesia

Petani Kebun Kakao Organik Kabupaten Bone

Diperbarui: 23 Oktober 2017   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Foto: Pembuatan Pupuk Organik, Kelompok Petani Kakao di kelurahan Lalebbata, kec Lamuru, kab. Bone, Sulawesi Selatan.

Kabupaten Bone adalah sebuah wilayah yang penduduknya dominan orang bugis asal Sulawesi Selatan, diwilayah ini cukup banyak masyarakatnya yang bertani dan berkebun, mereka juga sebagian besar telah memiliki banyak pengalaman berkebun diluar dalam perantauan mereka, paling banyak ditemukan petani kakao pensiunan dari Malaysia. 

Bone adalah wilayah tropis dengan petani kakao yang ramah lingkungan mampu keluar dari keterpurukan akan hasil buah dan biji kakao yang kurang baik, setelah mereka mengikuti Sekolah Lapangan program SCPP (Sustainable Cocoa Production Program), dengan adanya pendampingan dari staff SCPP Swisscontact yang telah lama bermitra dengan PT Cargill Cocoa, sangat banyak materi praktek pertanian terbaik yang telah mereka dapatkan, mulai dari kegiatan pemangkasan ranting cabang yang tidak teratur dan pemupukan dengan jenis pupuk organik dan kimia yang selalu tetap dikontrol.

Ada banyak perubahan yang begitu terlihat nyata setelah petani mengikuti Sekolah Lapangan. Dimana, pada saat mereka menjalankan jadwal sekolahnya di lokasi kebun praktek kelompok yang telah disediakan sebelumnya, mereka juga diajarkan cara membuat pupuk organik padat, dari berbagai limbah kotoran ternak sapi dimana kotoran menunjukkan ciri-ciri sudah nampak kering dan baunya telah berkurang. Kotoran sapi mengandung nitrogen tinggi kalium rendah, dan kadar air tinggi sehingga memang perlu dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan. 

Untuk menambah kandungan didalam pupuk organik tersebut, agar pupuk banyak mengandung unsur kalium baik untuk hasil buah, nitrogen dan magnesium baik untuk daun, serta fosfor sangat baik untuk batang pohon kakao nanatinya, sehingga mereka menambahkan dan menyatukan kotoran sapi dengan berbagai bahan organik lainnya yang didapatkan dari dalam kebun kakao mereka sendiri, seperti daun gamal, kulit buah kakao yang telah mengering berwarna hitam, jerami, dedak, dan melarutkan promi sebagai bahan pengurai kotoran sapi dan bahan-bahan organik lainnya yang telah disatukan. Selanjutnya bahan yang sudah diolah dapat dibenamkan setelah dikomposkan. Pupuk organik yang dibuat tidak merusak tanah kebun walaupun digunakan sesering mungkin dan dapat langsung diserap pohon kakao.

Pupuk tersebut sangat berguna dalam memperbaiki sifat fisik,  sifat kimia, dan biologi tanah. Dimana tanah menjadi gembur, ringan, mudah diolah dan tanah mudah ditembus akar. Meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga tanaman lebih mudah menyerap hara dari tanah, serta meningkatkan aktivitas pasukan mikroba yang berfungsi mengurai bahan organik. Pupuk organik juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan dan peningkatan produktivitas lahan. 

Dok Foto: Pembuatan Pupuk Organik, Kelompok Petani Kakao di kelurahan Lalebbata, kec Lamuru, kab. Bone, Sulawesi Selatan. 

Biji Kakao Bone

Good Bussiness Practice, SCPP Bone

Good Agricultural Practice, SCPP Bone

Good Finance Practice, SCPP Bone

Good Nutrition Practice, SCPP Bone

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline