Demi menyelesaikan sebuah tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah yang saya ambil, saya mencari seseorang untuk membantu menyelesaikannya dan itu adalah teman saya. Kami bertemu di sebuah kedai kopi. Ketika kami bertemu, kata pertama yang dilontarkan oleh teman saya tersebut adalah "halo". Kata yang sering kali kita lontarkan ketika bertemu seseorang. Di sini saya mencoba memahaminya. Mengapa kita sering kali mengucapkan kata "halo" sebagai sapaan.
Kata "halo" adalah makna yang menandakan dari awal pembicaraan yang berfungsi sebagai rasa kesan hormat kepada seseorang. seseorang yang mengatakan "halo" akan dibalas juga dengan kata "halo" oleh lawan bicaranya, sehingga percakapan dapat terorganisir dan terstruktur dengan baik, adanya giliran demi giliran untuk berbicara sehingga membentuk konteks. Dengan begitu interaksi sosial bisa terjadi melalui kata "halo".
Selanjutnya, saya mewawancarai teman saya tersebut dengan 1 pertanyaan "Apakah kamu pernah untuk tidak menjadi diri Anda sendiri, sehingga membuat orang lain merasa ada yang aneh denganmu?". Dia menjawab "pernah, waktu saya bertengkar dengan pasangan saya... di situ saya merasa galau selama 1 hari. Dan orang-orang di sekitar saya banyak mempertanyakan hal itu. Tapi setalah itu saya memberi tahu teman-teman.. mengapa waktu itu saya berubah sikap." Ucapnya. Menurut saya ini adalah bentuk Eksperimen pelanggaran. Informan saya mencoba melanggar dari sikap kebiasaannya dengan berdiam saja tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya karena masalah dengan pasangannya. Namun, teman saya langsung memulihkan situasi dengan menjelaskan ke lingkungannya mengapa waktu itu dia berubah sikap.
Dari dua pemaparan di atas, merupakan bentuk dari teori Etnometodologi, Harold Garfinkel. Harold Garfinkel sendiri merupakan sosiolog asal Amerika. dia lahir pada tahun 29 Oktober 1917 di Newark, New Jersey. Pemikiran Garfinkel banyak terpengaruhi dari Talcot Parsons dan Emile Durkheim. Salah satu karyanya berjudul Studies in Ethnomenthodology pada tahun 1967. Ide mengenai etnometodologi ia ciptakan pada akhir tahun 1940. Dalam satu dekade karyanya bertumbuh dengan pesat dan berkembang ke berbagai arah yang berbeda. Dengan perkembangannya yang bertumbuh ke berbagai arah membuat bagian etnometodologi yang menyimpang terlalu jauh dari premis-premis pendekatannya (Atkison, 1988). sehingga etnometodologi merupakan teori sosiologi yang bersemangat, namun "mengidap penyakit" yang makin parah di tahun belakangan ini (Ritzer, 2010;326)
Analisis: Halo dan Perubahan sikap.
"Halo"
Etnometodologi menganalisis tentang percakapan. tujuan dari analisis ini adalah untuk memahami secara rinci struktur fundamental interaksi melalui percakapan (Zimmerman, 1988;429). Percakapan adalah aktivitas interaksi yang menunjukkan aktivitas yang stabil dan teratur yang merupakan kegiatan yang dapat dianalisis (Zimmerman,1988;406).
Kata halo menurut Zimmerman merupakan bentuk dari interaksi pada umumnya, dan percakapan pada khususnya, mempunyai sifat stabil dan teratur yang dicapai oleh aktor yang terlibat. Dalam mengamati percakapan, pakar etnometodologi memperlakukannya seolah-olah otonom, terpisah dari proses kesadaran aktor dan konteks lebih luas di mana percakapan itu berlangsung. Kata "halo" sendiri dilontarkan seseorang karena ketidaksengajaan. Mereka secara spontan untuk melontarkannya. Disisi lain kata "halo" bisa membuat lawan bicara juga melontarkan kata "halo" sehingga rangkaian interaksi percakapan dikelola atas dasar bergiliran atau tempat.
Perubahan sikap.
Perubahan sikap teman saya karena ada permasalahan dengan pasangannya sehingga membuat sikap dia berubah pernah di pratikan oleh Garfinkel ke murid-muridnya. Garfinkel meminta kepada muridnya untuk tinggal di rumah mereka masing-masing selama 15 menit dan 1 jam untuk mengkhayalkan bahwa mereka seolah-olah orang indekos dan bertingkah laku berdasarkan asumsi itu (Ritzer, 2010;329). Reaksi dari keluarga muridnya tentang eksperimennya membuat tercengang ada yang terkejut, kagum, egois dan tak sopan (Garfinkel, 1967:47). Setelah itu muridnya menjelaskan mengenai eksperimen itu kepada keluarganya sehingga situasi pun segara pulih.
Eksperimen pelanggaran ini dilakukan untuk melukiskan cara orang mengatur kehidupan sehari-hari mereka. Reaksi emosional yang diciptakan oleh eksperimen ini mencerminkan betapa pentingnya bagi orang untuk senantiasa terlibat dalam kegiatan rutin, berdasarkan akal sehat. Artinya ketika teman saya berubah sikap itu adalah sebuah makna yang menunjukkan bahwa dia ada yang problem dalam dirinya. Sehingga reaksi dari orang-orang di sekitarnya akan menanggapi dengan hal yang berbeda sehingga timbul makna baru yang akan bisa di memahami apabila sikap teman saya berubah kembali dan menjadikan sikap tersebut menjadi lumrah.