Lihat ke Halaman Asli

Sang Kyai dan Pengusaha

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Cerita ini adalah fiktif dan berasal dari alam imajiner penulis. Apabila ada kesamaan kisah maka itu adalah hal yang diprediksi tidak disengaja.

Al kisah ada seorang Kyai yang memiliki pondok pesantren. Kyai ini terkenal sangat berhati-hati terutama tentang harta halal dan haram. Ilmu yang dimiliki begitu dalam sehingga menjadi rujukan masyarakat awam.

Suatu ketika ada seorang pengusaha kaya berniat menyumbang pondok pesantren agar mampu menampung lebih banyak santri. Namun dengan senyum dan ramah, bantuan tadi ditolak. Hal ini terjadi berulang-ulang. Hingga ada seorang santri yang penasaran kenapa Sang Kyai menolak bantuan nekad bertanya.

Santri: "Mbah Kyai, kenapa sih bantuan orang itu tidak diterima?" Sambil tersenyum Sang Kyai lalu berkata :"sesungguhnya jika aku terima bantuan pengusaha itu ada dua hal yang aku kuatirkan. Pertama aku kuatir kita menjadi malas berusaha dan menggantungkan pada donatur sehingga sawah dan kebun aset pondok akan terbengkalai. Kedua aku tidak mengetahui apakah harta yang disumbangkan berasal dari sesuatu yang halal ataukah tidak. Barangsiapa yang menghindari syubhat itu berarti dia telah membersihkan diri untuk agama dan kehormatannya." Santri : "Terima kasih atas tambahan ilmunya Mbah Kyai, sekarang saya paham."

Di lain tempat rekan pengusaha tadi heran karena ia tidak bosan terus menawarkan bantuan dan tidak tersinggung ketika bantuannya ditolak oleh Sang Kyai. Akhirnya untuk menghilangkan badai penasaran si rekan ini bertanya : "Bro, ane heran mengapa ente tidak bosan terus menawarkan bantuan pada Mbah Kyai, apa ente tidak tersinggung?" Sambil tersenyum pengusaha ini berkata : "Perusahaan didirikan tidak semata untuk meraih keuntungan saja Bung, ada fungsi sosial kemasyarakatan juga. Itulah mengapa sebagian keuntungan perusahaan disisihkan untuk masyarakat." Rekan pengusaha :"Oh gitu ya, tapi ane masih heran bin penasaran mengapa tetap menawarkan bantuan meskipun sudah tahu bakal ditolak?". Si pengusaha masih dengan senyuman :" Ada hadist yang artinya adalah barang siapa hendak melakukan kebaikan dan dia tidak jadi melakukannya, Alloh telah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna. Jika niat baik ini jadi dilaksanakan tentu akan bertambah kebaikan yang dicatat." Kemudian pengusaha ini menambahkan : "kapan lagi kita memperoleh catatan kebaikan berupa infaq  tanpa mengeluarkan uang sepeserpun." Rekan pengusaha : "Walah..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline