Lihat ke Halaman Asli

Dear, Bapak Jonru...

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419177721489026357

Bapak Jonru,

 

Mari kita memulai pembicaraan ini dengan sebuah statement: saya bukanlah seorang Jokower atau simpatisan beliau. Bahkan, saya memilih untuk golput pada pemilihan presiden Juli lalu. Sehingga, apa yang saya utarakan pada tulisan ini murni curahan hati saya sebagai seorang netizen.

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Apa kabar Pak Jonru? Semoga anda selalu dilindungi Allah SWT. Saya datang melalui tulisan ini sebagai seorang pengamat posting-postingmu di internet. Saya tahu bahwa sudah banyak tulisan yang ditujukan untuk anda, dan saya harap anda belum bosan membacanya.

 

 

 

Bapak Jonru,

 

Saya mulai mengenal halaman anda sejak 2012 silam. Meskipun tak melanggan, tulisan anda sangat kerap muncul melalui share dari kawan-kawan saya. Dari sejumlah share terebut, saya bisa mengetahui bahwa anda adalah seorang yang pandai memotivasi, terlihat dari status-status anda yang kerap mendorong orang untuk menulis. Selain itu, saya juga juga salut dengan sejumlah posting anda yang begitu getol membela Islam, meskipun belakangan saya mengetahui bahwa anda adalah seorang mualaf. Saya yang lahir dalam naungan Islam saja belum bisa melakukan apa yang anda perjuangkan. Setiap saya membaca tulisan anda yang di-share oleh kawan-kawan, saya merasa tentram, ternyata masih ada penulis yang menggunakan dakwah sebagai motivasinya.

 

 

 

Bapak Jonru,

 

Lama tak membaca posting-posting anda, saya dikejutkan dengan komentar-komentar kawan saya. Sebagian dari mereka kecewa karena Jonru kini tak seperti Jonru yang mereka kenal dahulu. Menjelang pemilihan presiden 2014 silam, tulisan-tulisan anda yang memotivasi dan menentramkan seakan hilang ditelan bumi. Sebagai gantinya, tak hentinya anda menyebarkan posting mengenai kritik terhadap seorang capres yang kini terpilih sebagai presiden: Jokowi. Awalnya, saya tidak peduli, mengingat saya sudah berencana untuk tidak menggunakan hak pilih. Namun demikian, setelah membaca tensi yang memanas di halaman anda, saya tergelitik untuk berkomentar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline