Lihat ke Halaman Asli

Wafiq Zuhair

#SahabatPedalaman

4 Alasan Menyedihkan Kenapa NTT Jadi Provinsi Tertinggal

Diperbarui: 23 Januari 2020   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: insanbumimandiri.org

Pedalaman selalu identik dengan hal-hal yang negatif, seperti akses jalan yang sulit, rakyat yang miskin, dan juga daerah yang terpencil. Pemerintah sendiri menggunakan istilah Daerah 3T atau daerah tertinggal, terdepan, dan terluar di Indonesia untuk mengelompokkan daerah pedalaman. Salah satu daerah yang masuk kategori tersebut adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Semua kabupaten di Nusa Tenggara Timur masuk ke dalam kategori daerah 3T. Letak daerah yang berada jauh dari ibu kota provinsi menjadi alasan penyebutannya. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang belum merata dan pertumbuhan ekonomi yang terhambat menjadi alasan lainnya.

Anda tentu sudah tidak asing lagi mendengar bunyi sila kelima di dalam pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya, seluruh penduduk di Indonesia berhak mendapatkan hak yang sama. Namun nyatanya, sila tersebut belum terealisasikan dengan baik karena masih banyak saudara kita yang belum mendapatkan keadilan yang sama.

Berikut adalah 4 aspek yang perlu Anda ketahui kenapa Nusa Tenggara Timur wajib kita bangun bersama-sama :

  • Rendahnya Kualitas Pendidikan

Maju atau tidaknya suatu bangsa dilihat dari faktor pendidikannya. Sebagai provinsi yang berbasis kepulauan, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki tingkat pendidikan yang rendah apabila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia loh. Bahkan kata menteri pendidikan kita Provinsi Nusa Tenggara Timur berada di peringkat tiga terendah dalam kualitas pendidikan setelah Papua dan Papua Barat. Menyedihkan sekali ya.

Di sana banyak sekali anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena terkendala biaya. Salah satunya yaitu Rehan Saputra. Anak berusia 8 tahun ini berasal dari Desa Pontianak, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Sudah 5 tahun lalu ayahnya meninggal sehingga Reyhan menjadi yatim. Ibunya bekerja sebagai pencari teripang. Anda sudah tahu? Mencari teripang itu pekerjaan yang berat dan bahkan biasanya dikerjakan oleh laki-laki. Mengharuskan ibu Reyhan berenang hingga ke dasar laut. Kesulitan-kesulitan tersebut menjadikan Reyhan terancam putus sekolah. Kasihan sekali ya.

Selain itu ada pula kisah lain dari Nurmiyati, anak berusia 14 tahun yang berasal dari Desa Nusa Kenari, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor. Nusa Tenggara Timur.  Nurmiyati punya 3 adik yang masih kecil-kecil dan sejak dua tahun lalu ditinggal oleh ibunya. Gaji bapaknya yang berprofesi sebagai ojek gunung hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan kadang kurang. Hal tersebut membuat Nurmiyati harus mengubur impiannya untuk bersekolah dan mengubur cita-citanya.

Selain sulitnya ekonomi yang menghambat berkembangnya pendidikan di sana, faktor pengajar juga jadi persoalan. Guru-guru di sana kurang diperhatikan kesejahteraannya. Bayangkan saja, dalam satu bulan mereka hanya mendapatkan gaji Rp100.000 saja. Jumlah yang sangat kecil sekali ya. Tentu jumlah tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhan mereka sehingga mereka mencari mata pencaharian lainnya.

  • Kurang Meratanya Listrik di Nusa Tenggara Timur

Anda tentu pernah mengeluh ketika listrik padam. Entah karena cuaca buruk atau mungkin karena terjadi pemadaman bergilir dari PLN. Nah, ternyata di NTT sendiri masih banyak daerah yang sama sekali belum teraliri listrik loh. Tercatat ada 99.381 kepala keluarga yang belum mendapatkan listrik atau 17 % dari total penduduk NTT yang berjumlah 5 juta. Bahkan menurut Badan Pusat Statistik, 40 % rumah tangga di Kabupaten Sumba Barat Daya masih menggunakan sumber penerangan non listrik, jumlah tersebut tertinggi di antara kabupaten atau kota lainnya.

Tentu hal itu menghambat banyak hal ya. Bayangkan saja, beberapa jam saja kita merasakan listrik padam pekerjaan kita jadi terganggu. Bagaimana jadinya mereka yang sepanjang hari tidak pernah merasakan listrik?

  • Kualitas Kesehatan Yang Rendah

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur, Sebagian besar masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur atau sekitar 64 % berada dalam kondisi tidak sehat. Sementara itu 19 % lainnya beresiko sakit dan hanya 17 % warganya yang berada dalam kondisi sehat. Terdapat tiga masalah kesehatan terbesar yang ada di Nusa Tenggara Timur. Tiga hal itu antara lain 61,1 % penderita hipertensi berobat secara tidak teratur, tingginya angka perokok di dalam keluarga, yaitu tercatat sebesar 75,7 %, serta minimnya cakupan keikutsertaan masyarakat di program Kartu Indonesia Sehat yang hanya sekitar 31,6 %.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline