Lihat ke Halaman Asli

Wafiq Azizah

Freelance Writer

Pada Jam 8 Malam

Diperbarui: 6 September 2023   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: freepik.com/Sketchepedia

Bola pijar raksasa yang berpendar terang perlahan mulai tenggelam. Digantikan oleh kegelapan yang menyelimuti langit tanpa bintang dan bulan yang tertutup awan tebal. Desau angin berbisik lirih di telinga ketika aku baru saja keluar dari gedung fakultas. Seketika aku langsung melihat jam yang melingkar dipergelangan tanganku. Pukul 20.00 WIB.

Ck. Ternyata sudah selama ini aku berada di dalam sana. Bahkan teman sekelompokku tidak ada satupun yang ingin menemaniku menyelesaikan tugas yang wajib dikumpulkan sebelum jam delapan malam. Kalau seperti ini, untuk apa dibuat kelompok? Bahkan para dosen yang memberikan tugas itupun tak peduli pada keadaan mahasiswanya. Tak peduli pada perjalanan panjang yang akan ditempuh beberapa mahasiswa yang berkuliah di sini. Seperti diriku. Berjalan sendirian melewati trotoar yang sepi. Kendaraanpun sangat jarang yang berlalu-lalang di sekitar sini.

Dikarenakan terlalu lama berjalan dan udara malam yang semakin menusuk hingga ke tulang---apalagi dengan kondisiku yang hanya memakai kemeja lengan pendek---sampai-sampai aku merasa sangat menggigil. Buku-buku jariku mulai membiru. Saat ini aku merasa bagaikan ada suatu beban yang mengikat kakiku sehingga aku merasa bahwa kaki ini sudah tak sanggup lagi untuk melangkah. Tubuhku sudah sangat lelah. Rasanya aku ingin segera merebahkan tubuh ini diatas kasur yang empuk. Namun apa daya, kakiku sudah tak sanggup lagi untuk menahan tubuh ini apalagi dipaksakan untuk berjalan.

Sampai akhirnya kedua netraku melihat sebuah kursi panjang di trotoar ini. Tapi ada satu yang mengherankan disini. Ku lihat seorang perempuan dengan seragam---seperti pakaian dinas dari pers mahasiswa yang ada di kampusku---sedang terduduk di sana. Dengan kamera DSLR yang menggantung di bahu, serta tangannya yang menari-nari diatas buku berukuran kecil. Raut wajahnya terlihat begitu serius ketika ia menulis. Seolah-olah tak ingin ada satu detailpun yang tertinggal. Karena sudah terlalu lelah, akupun memutuskan untuk duduk disebelahnya---tentu saja tanpa berniat untuk mengganggu---sekaligus mengistirahatkan tubuhku ini barang sejenak.

"Halo.. Apakah aku boleh duduk di sini?" tanyaku meminta izin. Takut saja jika kedatanganku malah mengusik konsentrasinya.

"Oh, iya. Silahkan," balas wanita itu singkat, akan tetapi pandangan matanya masih terpaku pada catatan kecil yang sedari tadi ia pegang.

"Terima kasih."

Kemudian akupun duduk disebelahnya, lalu memejamkan mata seraya menyilangkan tangan di depan dada. Angin yang berhembus terasa menenangkan hatiku sehingga membuatku merasa nyaman dan rileks. Keadaan ini membuat diriku seakan-akan diculik ke alam bawah sadar.

"Kalau mau tidur jangan di sini," ucap gadis yang berada disebelahku. Membuatku seketika membelalakan mata saking terkejutnya.

'Bagaimana tidak terkejut? Di saat suasana lagi hening begini, tiba-tiba dia bersuara seperti itu. Ck. Mengganggu saja,' pikirku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline