Sebuah Asa
Namaku Rian, aku hanyalah seorang anak petani, aku anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak ku yang pertama bernama Salim dan kakak ku yang kedua bernama Sarah. Aku bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah. Kak Salim sudah menikah dan tinggal bersama istrinya, sedangkan kak Sarah SMP kelas 3, aku saat itu baru menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat sekolah dasar aku ingin sekali menjadi arsitek, saat itu aku berfikir bagaimana bisa aku menjadi seorang arsitek yang mengharuskan melanjutkan jenjang pendidikan yang tinggi, sedangkan untuk makan saja susah, tetapi aku tidak putus asa aku harus selalu belajar agar mendapatkan beasiswa dan tidak menyusahkan kedua orang tuaku.
Pagi yang cerah aku pun berangkat ke sekolah bersama kak Sarah, perjalanan yang begitu jauh pun kita lewati dengan rasa semangat yang membara.
Kak Salim : "Gimana dek, kamu capek nggak ?" ujarnya, dengan wajah tersenyum
Aku : "Ya gimana ya mbak memang harus seperti ini, tidak mungkin kalau kita minta sepeda ke bapak ibuk."
Kak Salim : "Ayo semangat !!! "
Dan tidak lama kemudian kita sampai di sekolah, pelajaran pertama sampai terakhir pun akhirnya sudah selesai. Dan sesampainya dirumah aku langsung mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh bapak dan ibu guru di sekolah. Bagaimana pun aku harus tetap mengingat impian ku untuk menjadi arsitek agar bisa membanggakan keluargaku.
Tahun demi tahun pun berlalu, kak Sarah lulus dari SMP dan SMA kemudian dilanjut aku. Kak Sarah memutuskan untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena memang tidak ada biaya yang mencukupi. Dengan semua niat dan tekad ku dalam belajar akhirnya aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan perguruan tinggi di daerah Yogyakarta. Siang hari aku berbicara kepada kedua orang tuaku mengenai beasiswa perguruan tinggi.
Aku : "Mak, ini aku ada beasiswa untuk lanjut kuliah mamak sama bapak ngebolehin aku gak ?"
Mamak : "Kamu yakin nang ? ibuk sama bapak hanya seorang buruh tani dan kamu pengen kuliah." Ujarnya, dengan sebutan kesanyangan nang, dalam jawa itu biasa sebutan anak laki-laki.
Bapak : "Iya nang, apa mending gak usah kamu ambil aja ?"