Lihat ke Halaman Asli

Wafa Nabiilah

STIKes Mitra Keluarga

Pencegahan Lansia Sembelit Dengan Makanan yang Bergizi

Diperbarui: 20 Januari 2023   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Lansia merupakan proses pertumbuhan yang terjadi pada manusia seiring berjalannya waktu mengalami perubahan, seorang lansia akan mengalami penurunan berbagai fungsi organ yang ditandai dengan rentannya tubuh terhadap penyakit (Sudargo Toto et al., 2021). 

Proses penuaan ini terjadi selama seumur manusia hidup. Menurut WHO usia lanjut dibagi menjadi beberapa bagian berupa; usia pertengahan (Middle Age) seorang yang berusia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly) seorang yang berusia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (Old) seorang yang berusia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old) seorang yang berusia di atas 90 tahun (WIDIYAWATI WIWIK & SARI DIAH JERITA EKA, 2020). Pada lansia bisa saja terkena masalah konstipasi (Sembelit atau susah BAB) karena gerakan usus yang tidak biasanya, sembelit, gerakan usus yang nyeri, tinja keras, atau tidak puas saat BAB (Azzaky & Nasution Fitriyani, 2022).

Konstipasi ini bukan sebuah penyakit, melainkan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti asupan makanan yang tidak benar, mengurangi asupan cairan, kurang olahraga, dan minum obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan konstipasi. 

Tanda-tanda konstipasi dapat berupa jarangnya buang air besar (Kurang dari 3x/minggu) dan tinja keras atau kering yang membuat sulit untuk dikeluarkan. Hal ini terjadi karena kemampuan bergeraknya usus akan melambat membuat tinja berada lama di dinding usus, dan air yang terkandung dalam tinja akan diserap usus menyebabkan tinja menjadi kering/keras saat dikeluarkan hal ini dapat membuat seseorang merasakan nyeri (Potter et al., 2020).

Konstipasi dapat dicegah dengan cara meningkatkan konsumsi serat dan cairan, selain itu cara makan diharuskan mengunyah sampai benar-benar halus (Dr. A.P. Bangun, 2005). Selain itu, konsumsi makanan penting untuk diperhatikan yaitu:

1. Makanan pada lansia harus mengandung zat gizi dari berbagai macam makanan, gizi yang terkandung dalam makanan berupa; zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.

2. Porsi makanan pada lansia juga harus diperhatikan, tidak boleh terlalu kenyang. Lansia diperkenankan dengan porsi makan yang kecil tetapi nantinya akan makan lebih sering. Contoh menunya seperti:

  • Pagi: Bubur ayam, nantinya jam 10 bisa makan roti
  • Siang: Nasi, Pindang telur, sup, pepaya, jam 16.00 kue pisang
  • Malam: Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

3. Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas setiap hari, serta mengurangi asupan makanan yang mengandung garam.

4. Membatasi makanan yang manis-manis (gula), minyak dan makanan yang mengandung lemak seperti santan, mentega dll.

5. Batasi minum kopi atau teh

6. Makan sayur-sayuran yang mengandung zat besi seperti; kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.

7. Lebih dianjurkan makan makanan yang di rebus, kukus, atau dipanggang untuk mengurangi makanan yang digoreng.

8. Hal yang harus diperhatikan saat memberi makanan pada lansia:

  • Diharuskan memakan-makanan yang mudah dicerna
  • Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, atau goreng-gorengan
  • Lansia yang mengalami kesulitan mengunyah, makanan harus dihaluskan/lembek atau di cincang
  • Berikan makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah (Azizah Lilik Ma’rifatul, 2011)

Selain itu pemberian jus buah-buahan yang kaya akan serat tinggi banyak digunakan untuk mencegah terjadinya sembelit diantaranya terdapat buah; mangga, kesemek, naga, anggur, alpukat, manggis, melon, sirsak, sawo, pepaya, dan kiwi (DR. Rusilanti, 2007).

Tidak dianjurkan untuk menggunakan laktasi secara rutin, karena pasien akan menjadi ketergantungan dengan laktasi. Konstipasi yang berulang-ulang dianggap tidak wajar, jika seperti itu segera mungkin untuk memeriksakan kesehatan diri ke dokter karena risiko terbesarnya dapat berupa sebagai gejala penyakit kanker usus besar.

Daftar Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline