[caption id="attachment_345708" align="aligncenter" width="475" caption="Rahasia Lukisan"][/caption]
Rahasia Lukisan*)
/IP
kaulukis gurun yang luas langit yang kuning
diterang matahari yang silau pantulkan fatamorgana
kaulukis seorang musafir naik onta
wajahnya pucat sorot mata yang kelam
"potret dirimu," katamu padaku
"kenapa mesti wajahku yang kau lukis?" tanyaku tak mengerti
"karena jawabmu sendiri," sambil kau tambah
rona kehausan mencekik leher
terima kasih kawan, ku ucapkan setelah lukisan itu
engkau bingkau dan kau hadiahkan buatku. pesanmu,
"jangan kau pandang belaka, tapi carilah maknanya."
maafkan aku sobat, lalu ku lukis di atas lukisanmu
menindas karya agungmu kepadaku:
biru langit dan gunung, hijau pepohonan,
petak-petak sawah ladang, pohon-pohon buah,
taman bunga yang indah, alir sungai, sebuah rumah,
seorang wanita jelita yang sambut kedatanganku
dan diriku yang tersenyum gagah
tambatkan tali seekor kuda di halaman
lalu ku pajang mahakaryaku di galeriku
maafkan aku sobat, bukan tak suka
sebab gambaran hidupku tak seorang pun boleh melihatnya
-------
*) WAC Sasono, si Penyair Sepi
**) di Kebonsari, di suatu hari di tahun itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H