Lihat ke Halaman Asli

Wachid Hamdan

Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Ibu, Kartini Keluargaku

Diperbarui: 25 April 2024   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhir pekan yang dinantikan penduduk Dusun Sumberingin selalu terasa sahdu. Cahaya emas yang mengukir langit timur menjadi pemanis di waktu pagi. Deretan petak sawah menjelma bagai permadani surga yang begitu megah. Putihnya kabut yang mulai menipis selalu bermesraan dengan asap dari dapur-dapur penduduk yang tengah menyiapkan bekal untuk pergi ke ladang. Selain itu, nampak pula rombongan anak-anak yang tengah asyik bersepeda mengitari persawahan.

Di samping kanan gapura desa, terdapat bangunan rumah yang asri. Beberapa tanaman hias terlihat berjajar rapi di teras. Selain itu, sebuah gazebo nampak memesona dengan kolam ikan dan beberapa mawar yang mengitarinya. Pohon trembesi, mangga, dan rambutan menambah manis suasana rumah tersebut.

"Selamat pagi Bu guru! Hendak pergi ke sawah?" Sapa penduduk yang kebetulan melihat tuan rumah yang tengah mengunci gerbang, sambil mengenakan caping.

Pagi juga Bu Marni. Iya ini, sepertinya panen tahun ini akan bagus. Saya sudah tidak sabar Ssampai ke sawah."

"Insyaallah, Bu guru. Mari kita berangkat bersama!" ajak Bu Marni.

Tidak lama berselang, kedua wanita tangguh tersebut sudah jauh meninggalkan rumah menuju petak sawah masing-masing. Tidak ada sedikit pun gurat sedih di wajah mereka. Hanya keceriaan dan semangat nampak terlukis di wajah mereka yang tidak muda lagi.

***

Bersama kawanan burung kuntul, para petani nampak khusyu meniti tiap-tiap bibit padi yang beberapa bulan lalu mereka tanam. Sesekali kawanan burung itu hinggap di lumpur sawah mencari makanan di belakang pak tani yang mencambuk kerbau untuk membajak sawah.  Panas dari mentari kini terasa sangat menyengat, pertanda waktu duhur telah tiba. Meski begitu, para petani tetap semangat. Dengan tawa riang kini mereka menyudahi kesibukkan, lantas pergi beristirahat. Masih dengan senyum, mereka nampak akrab berbincang sembari membasuh kaki dan tangan di aliran sungai. Kemudian melangkah bersama ke arah dangau masing-masing.

"Assalamualaikum, Bu! Ini bekal makan siangnya," Seru seorang gadis yang berjalan di atas galengan sawah ke arah dangau Bu guru.

"Waalaikumussallam, Kak! Terimakasih ya. Ayo sini makan dahulu bareng ibu-ibu petani lainnya," seru perempuan yang dipanggil si gadis.

"Wah anak Bu Lili sudah besar ya. Hebat sekali mau mengantarkan bekal ke sawah, ndak seperti anak saya yang sibuk main game terus," celetuk salah satu petani sambil melihat ke arah datangnya sang gadis, yang kemudian dibalas anggukan petani lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline