A. Unsur Serapan
unsur serapan dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa baik dari bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda dan Bali maupun dari bahasa asing seperti bahasa Sangsekerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina dan Inggris. Kata serapan dapat diartikan sebagai kata yang berasal dari bahasa lain, bahasa daerah atau bahasa luar negeri yang kemudian ejaan ucapan dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosakata Indonesia. Unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar
1. Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam Bahasa Indonesia. Seperti Force majeur, de facto, de jure dan l'exploitation de l'homme par l'homme. unsur-unsur itu dipakai dalam konteks Bahasa Indonesia tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing.
2. Unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Contohnya dalam kata asing description penyerapan dalam bahasa Indonesianya ialah deskripsi, method pernah penyerapannya dalam bahasa Indonesia ialah metode, solidarity penyerapannya ialah solidaritas.
Proses penyerapan terbagi menjadi empat cara yang
1. Adopsi, apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing yang diserap secara keseluruhan. Contoh supermarket, plaza dan mall.
2. Adaptasi, apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing yang diserap dan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan ejaan bahasa Indonesia. Contoh national menjadi nasional dan democration menjadi demokrasi.
3. Terjemah, apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing kemudian mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Contohnya overlap menjadi tumpang tindih dan tryout menjadi ujicoba.
4. Kreasi, apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya kemudian mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Contoh effective menjadi berhasil guna dan shuttle menjadi ulang alik.
B. Pemakaian Tanda Baca
1. Pemakaian Tanda Titik (.)
* Pertama dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Contoh mereka duduk di sana.
* Kedua dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan ikhtisar atau daftar. Contoh:
1. Patokan umum
1.1 isi karangan
1.2 ilustrasi
1.2.1 gambar tangan
* Ketiga digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya.
Contoh tebal buku itu 1.150 halaman.
* Keempat dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh W. S. Rendra
* Kelima dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan.
Contoh DR. (Doctor)
* Keenam dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum yang ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
s.d. (sampai dengan)
a.n. (atas nama)
2. Pemakaian Tanda Koma (,)
* Pertama dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Buku, majalah dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
* Kedua dipakai sebelum kata penghubung seperti, tetapi, melainkan dan sedangkan.
Contoh: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
* Ketiga dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
* Keempat dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat seperti oleh karena itu, jadi, dengan, demikian, sehubung dengan itu, dan meskipun demikian.
Contoh: Mahasiswa itu rajin dan pandai oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
* Kelima dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata nenek saya, "kita harus berbagi dalam hidup".
3. Pemakaian Tanda Titik Koma (;)
* Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
Contoh: Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
* Dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Contoh:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
1. Berkewarganegaraan Indonesia;
2. Berijazah sarjana S1; dan
3. Berbadan sehat.
* Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Contoh: Ibu membeli buku, pensil dan tinta; baju, celana dan kaus.
4. Pemakaian Tanda Titik Dua (:)
* Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Contoh: Mereka memerlukan perabotan rumah tangga seperti: kursi, meja dan lemari
* Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua: Ahmad Wijaya
Sekretaris: Siti Aryani
* Dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Ibu: "bawa koper ini nak"
Amir: "baik Bu"
5. Pemakaian Tanda Hubung (-)
* Dipakai untuk menandai bagian kata yang terpegang oleh pergantian baris.
Contoh: Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put laut.
* Dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Contoh: Anak-anak
* Dipakai untuk menyambung tanggal bulan dan tahunnya dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Contoh: 11-11-2018
* Dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Contoh: ber-evolusi
* Dipakai untuk merangkai.
Contoh: se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital seperti se-Indonesia.
Mungkin ini saja penjelasan beberapa tanda baca yang dapat saya sampaikan, sampai jumpa di artikel selanjutnya untuk penjelasan tanda baca lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H