Lihat ke Halaman Asli

Susahnya Menghargai ‘Yang Lain’

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengapa sekarang (sebagian) masyarakat susah-untuk mengatakan tidak bisa-menghargai 'yang lain'. Menghargai orang di luar dirinya, yang berbeda, baik agama, ras maupun golongan. Mudah sekali mereka mencap dan menganggap orang sebagai kafir, salah dan (maaf, bahkan) patut atau halal darahnya untuk di bunuh. Na'udzubillah.

Sebagai seorang muslim, saya sungguh mengelus dada melihat fenomena ini. Mudah sekali orang untuk menghakimi bahwa kelompok di luar (agama)nya itu sebagai yang patut untuk dihilangkan di muka bumi. Karena hanya ia (dan kelompoknya)lah yang berhak menghuni bumi ini. Wah, kalau demikian tentu sangat berbahaya dibiarkan. Negeri ini kan negeri pancasila?

Pasca peristiwa bom di Solo beberapa waktu lalu, kita sungguh prihatin. Ternyata aksi teror belum hilang di bumi indonesia. Aksi mengganggu dan merampas hak orang lain untuk beribadah masih terus berjalan. Ini tentu telah menabrak norma dan konstitusi kita. Saatnya pemerintah untuk segera meluruskan.

Namun, pemerintah sendiri pun dalam beberapa hal justru perlu diluruskan. Seperti kasus penutupan gereja di Jatinangor, Camat dan Lurah justru turut berperan dalam pembiaran proses penutupan oleh FPI. (ini beritanya).

Kalau benar ini yang terjadi jelas, kita tengah mengalami degradasi moral penghormatan terhadap 'the other', miskin toleransi dan emoh keberagaman.

Mengapa di negeri pancasila ini kita justru susah menghargai 'yang lain'?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline