Kini, tiap waktu, saat mata melihat, telinga mendengar, selalu tersiar kabar berita, entah di dan dari media sosial, atau dari dan di teve, isinya soal copras-capres. Tidak jauh-jauh dari soal itu juga, obrolan dari tingkat tinggi sampai tingkat angkringan dan warung kopi menyoal yang sama. Lagi-lagi soal copras-capres. Melulu begitu itu. Mau mendukung nomor 1 atau nomor 2, masing-masing orang punya penilaiannya. Masing-masing punya sederet alasan sampai nanti tiba waktunya untuk mencoblos.
Kadang, tanpa dinyana, waktu nongkrong santai ngoblol di warung kopi, pembicaaan berujung tanya ke “piye, sopo jagoanmu?” (gimana, siapa jagoanmu?).
Begini; Si teman satu bilang, “Eh..koe dukung sopo?” (Eh..kamu dukung siapa?), pertanyaan itu dilontarlan ke si teman dua. Lalu si teman dua tidak menjawab dengan kata-kata, cuma hanya mendehem dua kali, “Ehem..ehem...”.
“Oh...dua ya”, sambung si teman satu.
Heran saya, padahal hanya deheman dua kali, sudah bisa taksir itu dan dianggap sebagai dukungan bagi capres nomor dua.
“Suka-suka lah”, jawab lugas si teman dua.
Ya, musim kampenye saat ini, mencari tahu arah (dukungan/pilihan) kemana si kawan, teman, maupun orang lain lagi gencar dilakukan. Namanya juga kampanye, setiap gerak tubuh, tutur wicara, kadang bermakna lain dari pada biasanya dan apapun itu kini dapat bermakna dukungan kesalah satu calon.
Mau gimana lagi, memang hanya ada dua calon pasangan capres-cawapres, kalau mungkin ada orang mau memilik diluar pilihan yang ada, pilihannya adalah memilih untuk tidak memilih. Wah...itu maksudhnya kan golput. Golput alias golongan putih. Tapi, tunggu sebentar! Warna putih itu kan juga identik dengan baju yang dikenakan satu salah satu calon. Nah...lo! Kena lagi.
Sengaja atau tidak sengaja, musim copras-capres sekarang ini, dukung mendukung ke siapa, bisa diindentifikasi dan diketahui dari hal yang tak wajar demikian itu. Tak wajar, sebab tersirat dari aktifitas yang dilakukan, dari deheman dan putih itu.
Kemarin (9/6) dua pasang calon sudah adu visi, misi. Dari acara debat itu, masing-masing tampil untuk menyakinkan rakyat pemilih. Urusan yang selama ini mengelayuti kebanyakan rakyat coba dijawab oleh kedua pasang calon dengan bernas maupun retorik, secara praksis maupun diatas kertas. Bagaimana negara, pemerintahan kedepan, bila mereka nantinya terpilih, mendapat mandat dari rakyat, sudah juga disampaikan dengan menawan dan cukup meyakinkan. Bagaimana menyelesaikan kompleksitas masalah negeri di-jlentreh-kan dengan seksama. Pokoknya, Full abis!
Entah, dari acara debat itu masyarakat umum, biasa, kecil lagi tidak tahu menahu urusan copras-capres, mampu menangkap atau tidak subtansi debat yang telah berlangsung. Dan bagaimana untuk mengetahuinya itu yang saya tidak juga tahu. Oh...mungkin dengan survei. Ah, Surveikan melulu soal angka. Angka samakah dengan suara? Aduh, ini apalagi.
Ya, sudahlah, saya mau pesan kopi dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H