Dalam pelaksanaan acara Arab Islamic-American Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab Islam Amerika, ada kejadian menarik, pada Senin (22/5). Akun resmi KTT mencuit melalui akun twitternya kalau Presiden Indonesia itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Padahal Presiden Indonesia Jokowi ikut dalam pertemuan itu.
Dalam akun @riyadhsummit mencuit "#indonesian president @sbyudhoyono calls on muslims worldwide to unite in solidarity to combat extremism and terrorism
"Presiden Indonesia meminta umat Islam di seluruh dunia untuk bersatu dalam solidaritas memerangi ekstremisme dan terorisme".
KBRI Riyadh telah melayangkan protesnya. Akun @Riyadh_kbri mencuit "dear @riyadhsummit, president @jokowi is the one who attendedd the summit. Please revise this tweet and be more careful. thank,".
@riyadhsummit, presiden @jokowi adalah orang yang menghadiri pertemuan puncak. Silahkan merevisi tweet ini dan lebih berhati-hati. Terima kasih
Meski sejak Senin (22/5/2017) WIB dicuit, dan meski telah diprotes, namun hingga Selasa (23/5/2017) pagi WIB masih belum diperbaiki oleh pengelola akun @riyadhsummit, postingannya masih sama seperti saat ditayangkan.
Postingan itu membuat heboh netizen, ada yang menduga kalau itu bentuk keteledoran panitia. Ada juga yang mengatakan itu bentuk sindiran terhadap Jokowi karena telah menyindir Raja Salman terkait dengan jumlah investasi di Indonesia beberapa bulan lalu. Jokowi menyebutkan meski telah memayungi Raja Salman, tapi investasi Arab Saudi ke Indonesia jauh dibawah ke China.
Ada juga yang berasumsi kalau itu bentuk sindiran kepada Jokowi karena adanya dugaan kriminalisasi terhadap ulama. Dan Jokowi dianggap membiarkan kriminalisasi tersebut, padahal bukti-bukti yang dituduhkan masih meragukan.
Memang hingga saat ini belum ada klarifikasi dari pihak panitia ataupun Arab Saudi terkait dengan kesalahan tersebut.
KTT itu dihadiri oleh sekitar 55 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan tersebut, menurut Presiden, sangat penting bagi Indonesia, karena akan membahas kerja sama internasional untuk melawan radikalisme dan pemberantasan terorisme.