Lihat ke Halaman Asli

Cerita Pada Ibu

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari kian berlalu, sosok itu sudah belasan tahun menghilang dari sisiku. Aku merindukannya. Tuhan, siapa lagi kelak yang akan kau ambil dariku? Aku tahu Kau akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Andai saja permohonan yang bisa menukar Ibu dan Ayah untuk kembali di sisiku, aku akan berusah sekuat tenaga agar mereka kembali.

Ibu, aku rindu. Aku ingin menceritakan semua kisah, pengalaman, dan teman-temanku padamu. Ibu, aku ingin kau peluk seperti dulu, aku menyayangimu, aku ingin mengecupmu sebelum terlelap. Kini kau begitu jauh, walau kau selalu ada di hatiku. Bisakah aku bertemu dan bercerita tentang semua hal padamu, bu?

Aku merasa kesepian, mungkin hanya perasaanku menganggap mereka tidak ada. Egoku yang menginginkan semua orang memperhatikan aku. Aku wanita manja, aku haus akan perhatian, aku bukan wanita baik.

Bu, aku ingin sepertimu. Orang-orang mengagumimu, selalu bercerita baiknya dirimu pada sekelilingmu bu. Bu, anakmu gagal, anakmu penuh dosa, anakmu tidak bisa dibanggakan. Tetapi ketahuilah bu, aku sangat menyayangi ayah, ibu, dani, dan uni.

Bu, apa bisa kita berkumpul kembali? Bu aku rapuh, aku tahu aku mempunyai Allah yang begitu luar biasa, tapi aku juga manusia biasa yang ingin merasakan ketulusan manusia. Tidak ada lagi sosok tulus itu, kini.
Bu, aku selalu berkata untuk pergi bersamamu. Aku benar-benar lelah berada di sini, mungkin amalku belum cukup dan dosaku terlalu besar dan banyak sehingga Tuhan tak mengizinkanku pergi bersamamu.

Bu, aku sakit. Aku sakit jiwa dan fisik. Pemikiranku sudah tak normal. Aku harus berbuat apa bu? Semua hanya bisa kupendam sendiri. Semua orang dengan mudah mengatakan "sabar". Mereka mengerti apa yang kurasa, bu? Bu, aku lelah berpura-pura kuat. Aku tak sekuat itu, hatiku tak sekuat hati orang-orang itu. Siapa yang menguatkan aku kini bu??

Aku sudah merasa tidak normal lagi bu. Ibu, sampaikan pada Ayah. Aku meminta maaf telah melawan dan menjadi anak durhaka, aku juga merindukan dan menyayanginya dengan sangat, bu.

Sampai bertemu lagi, Ibu..
Dari anakmu yang tak lagi normal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline