Lihat ke Halaman Asli

Rasulullah, Arbitrator dalam Peletakan Hajar Aswad

Diperbarui: 29 Oktober 2019   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rasulullah merupakan manusia mulia yang dijamin oleh Allah. Selain sebagai pemuka agama, beliau merupakan seorang negarawan ketika negara Islam pertama kali terbentuk. Rasulullah menjadi pemimpin negara dan panglima perang di negara Madinah saat itu. Selain itu, tercatat dalam sejarah Rasulullah merupakan sosok yang piawai dalam bernegosiasi.

Tindakan diplomatik dalam hidup Rasulullah Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam tepatnya ketika beliau berusia tiga puluh lima tahun (sebelum menjadi seorang Rasul), saat itu Mekkah sedang cekcok akan rekonstruksi Ka'bah.

Hal yang paling menentukan adalah peletakan kembali Hajar Aswad. Mereka berfikir siapa yang paling berhak untuk meletakannya. Semua kabilah suku saat itu menyatakan bahwa mereka berhak. Dimana pada awalnya bahu membahu membangun Makkah namun kemudian terpecah bahkan siap untuk bertempur.

Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena masing-masing kabilah memiliki kecintaan atau "nasionalisme" yang tinggi akan kabilah masing-masing. Akhirnya, setelah terjadi ketegangan selama beberapa hari, sebuah saran lahir dari seorang tetua dari suku Quraisy yang bernama Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzu. Ia mengatakan jika orang pertama yang masuk Ka'bah besok yang paling berhak menjadi hakim penentu dalam peletakan Hajar Aswad.

Ketika fajar terbit, mereka melihat sosok pemuda yakni Rasulullah Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam memasuki Ka'bah. Saat itu mereka semua merasa ridho kepadanya karena Rasulullah adalah orang yang terpercaya atau Al-Amien. Akhirnya Rasulullah terpilih menajdi seorang arbitrator.

Tentu saja perkara yang harus diputuskan tidaklah mudah, sebab salah sedikit akan mengakibatkan pertumpahan darah di seluruh Makkah. Sebagai insan biasa tentu saja jika kita berada di posisi Rasulullah saat itu akan tegang dan was-was, namun manusia pilihan Allah tentulah berbeda, tidak tampak sekalipun tegang dan was was terpancar diwajahnya.

Proses pemutusan pun dilakukan, Rasulullah meminta sehelai selendang. Ketika selendang tersebut ditangannya, beliau segera mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ditengah-tengah selendang tersebut. Beliau kemudian meminta semua kepala suku untuk memgang ujung kain dan mengangkat Hajar Aswad itu secara bersama-sama. 

Keputusan ini kemudia berhasil menyatukan seluruh pemimpin untuk membawa Hajar Aswad ke dalam Ka'bah dan meletakkannya ditempat semula. Dengan cara dan keputusan yang diambil oleh Rasulullah itulah yang membuat para pemimpin merasa dihormati.

Rasulullah berhasil mengamankan situasi dengan mengangkat Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat yang seperti semula tanpa protes sedikitpun dari berbagai pihak, beliau bahkan mendapat sanjungan dari semua pihak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline