Lihat ke Halaman Asli

Menjaga Tradisi dan Budaya Kaum Sarungan dari Pengaruh Westernisasi

Diperbarui: 30 Oktober 2017   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Dalam pengaruh luasnya arus globalisasi serta masuknya budaya barat ke Negeri kita Indonesia ini makin banyaknya perubahan yang sangat signifikan terkait budaya kita pada saat ini. Masuknya atau adanya unsur-unsur kebudayaan barat inilah yang disebut dalam dunia pendidikan sebagai westernisasi atau biasa diterjemahkan budaya kebarat-baratan. Budaya barat ialah pola hidup atau cara pandang kaum atau manusia yang tinggal di bumi bagian barat atau yang biasa kita ketahui sebagai benua eropa.

            Baik pengambilan secara keseluruhan atau pecampuradukkan budaya lokal bangsa kita dengan budaya barat semakin merubah cara pandang dan pola hidup bangsa Indonesia ini tak terkecuali kaum sarungan. Kaum sarungan ialah sebutan atau julukan bagi masyarakat atau penduduk yang bertempat tinggal di desa atau pun di sebuah pondok pesantren. Penyebutan kaum sarungan ini karena masyarakat atau penduduk hampir setiap hari memakai sebuah kain yang dilipatkan diantara pusar perut sampai mata kaki. Penduduk ini pemegang dan penganut agama Islam yang kuat yang diaplikasikan dalam hidup sehari-harinya yang biasanya dalam sebuah desa atau pondok tersebut adanya pembimbing atau tokoh agama yang sangat dihormati dan sebagai titik acuan dalam amaliyah dalam beragama.

            Dalam sebuah desa atau pondok ini biasanya terdapat budaya dan tradisi yang sudah sangat mengakar kuat dalam diri kaum sarungan tersebut yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia baik terkait menghormati yang tua, sopan santun, tata cara berpakaian serta tata cara berbicara.

            Budaya dan tradisi kaum sarungan ini yang merupakan ciri khas dari mereka lama-kelamaan semakin hilang terkikis oleh zaman ini. Apakah mungkin ini kesalahan orang tau atau guru dalam mendidik atau pun karena pengaruh dari luar (budaya barat) ini yang menjadikan budaya dan tradisi kaum sarungan ini sudah disepelekan dan diabaikan seperti tidak mencium tangan orang yang lebih tua dari pada mereka, berbicara dengan bahasa yang halus dan lembut dan lain sebagainya.

            Semakin miris jika kita melihat kenyataan di masyarakat kita ini, begitu kuatnya arus globalisasi dan westernisasi ini sehingga sangat mempengaruhi anak-anak terutama pada anak sekolah formal yang pengekangan terhadapnya sangat terbatas sehingga pergaulannya terbilang bebas. Sudah banyak bila kita lihat dilingkungan kita anak-anak kecil tidak lagi menghormati orang yang lebih tua bahkan bersalaman pun  ia tidak mau mencium tangannya, remaja hingga dewasa saat ini lebih suka nongkrong di warung bermain game dari pada berkumpul bersama masyarakat dan keluarga untuk tahlilan atau pun tasyakuran.

            Begitu pun juga cara berpakaian dan berbicara anak, remaja hingga dewasa sekarang yang sudah seperti terprovokasi dengan model dan gaya berbicara dan berpakaian orang barat. Hal ini sangat miris karena mereka lah calon pewaris dan penerus Negeri Indonesia kita tercinta ini. Jika hal ini terus berlanjut bukan tidak mungkin budaya dan tradisi kaum sarungan bahkan budaya dan tradisi bangsa Indonesia ini akan hilang.

            Apakah yang salah dari kita semua ini sehingga terjadinya seperti ini?. Apakah karena didikan orang tua yang kurang mengekang dan membatasi pergaulan anak?. Apakah karena didikan guru yang seharusnya lebih memberikan contoh dari pada teori?. Apakah semua ini salah pemerintah yang yang tidak menekan arus globalisasi dan westrenisasi?. Apakah kurangnya upaya pelestarian budaya agar tidak hilang ditelan zaman?. Entahlah hanya masing-masing diri kita sendiri yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Mari kita upayakan dan usahakan agar budaya dan tradisi nenek moyang kita terutama budaya dan tradisi kaum sarungan tidak hilang dikikis oleh zaman dan waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline