Sore itu kami janjian ketemu di Museum Gajah. Saya dan beberapa teman yang pernah kost bareng. Pertemuan ini adalah reuni anak kost, ala kami. Rencananya kami ingin menapak sejarah Jakarta ke masa kami sendiri belum lahir. Kebiasaan saya mengunjungi museum di setiap kota yang saya singgahi membuat saya cukup percaya diri mengajak teman-teman mencoba wisata ini. Beruntung ada dua orang yang menyambut baik ajakan saya. Jadilah kami janjian di titik pertama, yaitu Museum Nasional atau yang juga dikenal dengan nama museum Gajah.
Museum Nasional
Ini adalah kali pertama saya masuk ke museum ini. Museum yang terlihat cukup modern, luas, dan rapih. Dari sini kami menyusuri peradaban Indonesia dari masa lalu dengan melihat dan membaca mengenai benda-benda kuno, prasasti, arca, dan barang-barang kerajinan. Benda-benda itu berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Cukup menarik, karena kami jadi tahu perkembangan Indonesia dari benda-benda yang dipamerkan. Selain itu srsitektur gedungnya juga menarik.
***
Museum Bahari
Dari museum gajah, kami mencoba bis gratis wisata Jakarta sampai Istiqlal, dan kemudian naik busway ke arah Kota. Dari terminal busway Jakarta Kota, kami berjalan kaki menuju ke Museum Bahari, biar berasa turis. Namun sesampainya di sana museum baru saja tutup. Untung petugas mengijinkan kami masuk untuk melihat-lihat sebentar.
Suasana di dalam terasa berbeda dibandingkan terakhir kali saya ke sana beberapa tahun sebelumnya. Beberapa perahu besar yang dulu dipamerkan di ruang pamer, tidak terlihat lagi. Ternyata menurut petugas, museum itu baru saja mengalami kebakaran beberapa bulan sebelumnya.
Sayang sekali, padahal dari museum ini kita bisa tahu kisah kemaritiman Indonesia di masa lalu. Benda-benda didalam museum ini juga banyak bercerita tentang masa penjajahan dan tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Gedung museum itu sendiri, pada jaman Belanda, adalah tempat menyimpan hasil bumi Indonesia, seperti rempah-rempah, yang menjadi barang dagangan VOC. Batavia (Jakarta tempo doeloe) sendiri sempat ibu kota VOC pada masa itu. Kemudian setelah Jepang masuk, tempat itu menjadi tempat penyimpanan senjata.
Dan masih banyak kisah menarik, yang nyata dialami para pendahulu kita, yang dapat digali dari museum ini.