Segala sesuatu butuh pengaturan, atau dalam bahasa kerennya, "managemen". Bahkan hal kecil pun butuh managemen. Misal managemen waktu, managemen keuangan, managemen penjualan, dst. Bahkan masalah makan pun harus diatur. Jika tidak diatur bisa terjadi kekurangan/kelebihan gizi, obesitas, dan penyakit lainnya.
Bagaimana dengan managemen kerumunan? Hal yang sering terabaikan. Setidaknya dalam beberapa bulan terakhir ini ada beberapa kejadian terkait gagalnya managemen kerumunan. Atau mungkin tidak gagal karena memang terlupakan.
Dalam setiap kegiatan, yang bukan dadakan, pasti ada panitia. Entah itu panitia yang dibentuk secara resmi, entah hanya orang-orang yang ditunjuk secara tiba-tiba untuk melakukan tugas tertentu, dan tentunya bertanggung jawab atas tugas itu.
Orang-orang yang sudah berpengalaman dalam mengorganisir suatu kegiatan, yang biasanya disebut event organizer, biasanya selalu mengevaluasi setiap pekerjaan mereka setelah selesai. Apa yang kurang dan harus diperbaiki, apa yang sudah baik dan perlu dipertahankan, dst.
Semoga dengan semua kejadian yang berakibat fatal, hingga mengambil korban jiwa akibat kerumunan di sebuah acara dapat menjadi pelajaran berharga buat mereka semua dan juga buat para hadirin yang hadir, agar dapat mengikuti arahan panitia dengan dengan segala kerendahan hati.
Bertahun lalu, saat ada penyelenggaraan FFI (Festival Film Indonesia) di kota saya, saya juga hampir terinjak-injak di tengah lautan manusia yang sebenarnya hanya memenuhi jalanan di luar tempat acara karena memang tidak diperbolehkan masuk. Tempatnya kebetulan sangat dekat dengan tempat tinggal saya.
Ada banyak sekali orang yang datang dari berbagai penjuru kota. Bahkan keramaian sampai ke jalan di area rumah kami. Karena merasa "daerah kekuasaan", saya yang waktu itu masih di SMP nekat pergi sendiri hanya ingin sekedar "melihat" situasi. Namun ternyata ribuan orang yang bergerak tidak jelas, membuat saya terjatuh dan nyaris terinjak-injak. Untung saya bisa berdiri lagi dan bisa pulang ke rumah. Belum sempat terinjak-injak. Hanya saja jika orang-orang di dekat saya tidak mendengar teriakan saya, entah apa yang terjadi.
Kejadian seperti itu pernah terulang lagi kepada keluarga adik saya, di malam Tahun Baru. Area tempat tinggal kami memang tergolong pusat keramaian kota. Adik saya yang ketika itu sedang bertamu dalam rangka acara tahun baru keluarga, hendak pulang ke rumahnya di wilayah lain menggunakan sepeda motor, tetapi terjebak dalam lautan manusia. Parahnya lagi mereka membawa bayi. Namun untunglah setelah beberapa jam akhirnya mereka bisa meloloskan diri dan membatalkan niat pulang ke rumah mereka, karena kondisi jalanan yang tidak mungkin dilalui.
Kerumunan orang seperti itu memang sulit dikendalikan. Untunglah beberapa tahun terakhir ini, saya tidak lagi mendengar atau melihat ada perayaan tutup tahun, yang biasanya diramaikan dengan panggung gembira di minggu terakhir bulan Desember. Yang ada hanya pawai kendaraan yang tidak terlalu ramai di malam tahun baru, biasanya lewat didepan rumah kurang lebih jam 00.00 WIB dibarengi dengan kembang api. Saya rasa dalam hal ini pemkot sudah mengambil keputusan yang benar. Keramaian yang tidak terkendali dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Lain hal jika mereka dapat mengendalikannya dengan menutup jalan di titik-titik tertentu dan menghalau kerumunan orang kecuali di tempat kegiatan berlangsung. Dalam hal ini tentu saja perlu kerjasama dari semua pihak. Jangan sampai sudah dilarang, tetapi masih nekat menerobos.