Teringat jaman dahulu kala, ketika hanya beberapa rumah tangga saja yang memiliki televisi, dimana kami akan berkumpul di rumah tetangga yang memiliki televisi dan tentunya mengijinkan rumahnya ditumpangi banyak orang yang ingin menonton tetapi tidak memiliki televisi.
Dijam siaran film anak-anak, maka rumah tetangga tersebut akan dipenuhi anak-anak, sementara jika acaranya adalah pertandingan tinju, maka rumah tetangga tersebut akan dipenuhi bapak-bapak. Mungkin malah ibu-ibu yang tidak punya jadwal menonton tersendiri.
Dan hari Minggu atau hari libur adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak kecil, karena di hari-hari itu, televisi di Indonesia tayang disiang hari.
Sementara di hari-hari biasa, televisi Indonesia baru akan beroperasi disore hari. Tontonan lain dari saluran Internet, saat itu belum ada. Jadi praktis hanya koran dan televisi saja media komunikasinya.
Sekarang, malah sepertinya lebih banyak acara televisi untuk ibu-ibu. Misalnya sinetron dan gossip. Tanpa bermaksud meng-identik-an ibu-ibu dengan gossip dan sinetron, walaupun kenyataannya, sangat jarang bapak-bapak yang menonton sinetron.
Beberapa teman lelaki saya banyak yang cukup update tentang berita-berita artis tanah air. Kemungkinan mereka mendapat beritanya bukan dari televisi, tetapi dari berita-berita di Internet, koran, atau majalah pria.
Saat ini, dengan teknologi Internet, kita dapat memilih jenis 'televisi' dan acaranya yang ingin kita tonton. Bahkan siapa pun sekarang dapat menjadi 'penyiar' di saluran youtube, medsos, Podcast, dan lain-lain, yang tidak perlu berupa perusahaan dengan segala macam aturan yang mengikat.
Tetapi saluran yang dapat bersifat personal ini, dimana penontonnya dapat memilih sendiri dari banyak konten dalam dan luar negeri, yang sesuai dengan apa yang dimaui, tidak ada aturan jadwal tetap acara, bahkan mungkin 'penyiarnya' tidak memiliki background pendidikan yang sesuai untuk kegiatan 'penyiaran'. 'Acara' yang disajikan pun cenderung lebih kreatif, bebas, dan menarik.
Selain sesuai kebutuhan. Alternatif konten sejenis pun banyak, sehingga pemirsa bebas memilih yang 'terbaik'. Belum lagi masalah waktu. Di televisi konvensional yang memiliki hak penyiaran menurut undang-undang yang berlaku, semua program acara sudah terjadwal dan diterima oleh pemirsa pada jam yang sama.
Sementara saat ini, hampir semua orang di usia produktif, memiliki waktu bekerja rata-rata dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Belum lagi aktivitas lain yang cukup makan waktu.