Lihat ke Halaman Asli

Veronika Gultom

TERVERIFIKASI

https://vrgultom.wordpress.com

Jati Diri Bangsa Indonesia

Diperbarui: 26 Januari 2020   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: cdn.idntimes.com via forum detik

Kalau ditanya jati diri bangsa Indonesia itu yang seperti apa, yang paling mencolok sih...Bhineka Tunggal Ika. Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Yang beda dibiarkan tetap beda tetapi tetap sama-sama bertumpah darah Indonesia, hati dan pemikiran tetap satu bangsa, bahasa pemersatu tetap bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jerman, atau bahasa-bahasa asing yang lain. 

Bahasa asing tetap penting karena kita juga perlu bergaul secara International, mengerti apa yang terjadi diluar negara kita, mengerti situasi dan kondisi bangsa ditengah-tengah bangsa lain diseluruh dunia. Namun semua bahasa asing itu, saya rasa posisinya setara dengan bahasa daerah yang bermacam-macam. Bahasa pemersatu tetap bahasa Indonesia. 

Jadi tayangan seperti apa yang pantas dan sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia? Seingat saya dulu ada acara cerdas cermat untuk anak-anak sekolah berkompetisi disaksikan seluruh penonton TVRI, ada fragmen-fragmen keluarga yang sarat pesan moral, ada mimbar agama Islam, mimbar agama Kristen, Hindu, Budha, dan kepercayaan terhadap Tuhan YME. Ada acara khusus membahas Matematika, ...ini dia acara favorit saya. 

Ada pelajaran bahasa Inggris oleh ibu Nisrina Nur Ubay, ada pelajaran bahasa Jerman, ada acara musik juga seperti "Safari", ada film anak-anak, remaja, dan dewasa yang jelas peruntukannya. Ada film luar juga untuk anak-anak yang juga sarat pesan moral, seperti "Little House on the Prairie". Ada cerita-cerita rakyat yang menceritakan legenda-legenda yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, dan masih banyak lagi. 

Bandingkan dengan sekarang. Sinetron yang isinya menceritakan tokoh baik, tokoh jahat, tokoh netral. Sebuah cerita memang selalu begitu mungkin, sesuai kenyataan hidup, ada yang baik, ada yang jahat, ada yang netral-netral saja, dan hidup tidak selamanya berjalan mulus. Namun, bagaimana sebuah cerita sinetron menceritakan kisah kehidupan itu? 

Tokoh jahat digambarkan sebagai tokoh yang benar-benar jahat yang ditunjukan dalam tindakannya yang sering terlihat kurang berperikemanusiaan dan tidak mendidik bagi yang melihat. Tokoh jahat dan tokoh baik yang sering digambarkan sebagai korban, diputar-putar untuk menunjukan kejelekan si jahat dan menderitanya si tokoh baik. 

Namun sering pesan moralnya malah jadi terkalahkan dengan aksi-aksi yang lebih mendapat sorotan. Inikah yang sesuai dengan jati diri bangsa? Saya rasa tidak. Kalau dibandingkan dengan fragmen-fragmen tempo dulu di TVRI, secara jalan cerita, fragmen itu jauh lebih bagus, sarat makna dan pesan moral. Bukan sarat dengan kekerasan, pemisahan antara yang miskin dan yang kaya, dsj. 

Saya sudah lama tidak menonton acara TVRI, selain karena alokasi untuk menonton televisi dalam sehari tidak terlalu banyak, bahkan lebih sering hanya menonton tv (barang) nya bukan acaranya, ternyata TVRI tidak ada dalam daftar stasiun televisi yang dapat dipilih jika kita langganan tv swasta yang sudah sekalian langganan Internet. 

Maka lama-kelamaan TVRI memang terlupakan walaupun tetap ada kenangan masa lalu tentang acara-acaranya jaman dulu. Maklum dulu cuma satu-satunya stasiun televisi di Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline