Lihat ke Halaman Asli

Veronika Gultom

TERVERIFIKASI

https://vrgultom.wordpress.com

Ngumpul Yok!

Diperbarui: 29 Oktober 2019   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemuda-pemuda Indonesia 2008

Duluuu....ada lelucon yang mengatakan,'Orang Batak gak bisa jadi presiden, karena kalau orang Batak jadi presiden, setiap minggu bakal ada acara arisan di Istana negara :D'

Ada benarnya juga, karena ikatan kekeluargaan orang Batak itu memang kuat. Kalau saya tidak salah, menurut orang tua saya dulu, kegiatan arisan itu adalah agar ikatan kekeluargaan tetap terjalin walaupun hidup diperantauan, karena tetap ada pertemuan-pertemuan keluarga dalam bentuk kegiatan kumpul-kumpul arisan. Mudah-mudahan bentuk kegiatan temu muka seperti ini tidak akan hilang dan berpindah ke dunia maya. Kocok arisannya mungkin bisa digantikan dengan aplikasi-apliasi yang bisa mengundi nama-nama yang terdaftar secara otomatis, namun temu wajah/mukanya tidak bisa digantikan dengan hanya bertemu di dunia maya. 

Bagaiman dengan aktivitas-aktivitas kepemudaan? 

Sekarang, meeting bisa online menggunakan aplikasi-aplikasi seperti Hangout, Zoom, Gotomeeting, dll, sehingga waktu bisa dipersingkat dengan memotong waktu yang dibutuhkan dari dan ke tempat meeting.

Dengan kemudahan online meeting ini, kita dapat mengalokasikan waktu untuk lebih banyak pekerjaan. Tuntutan profesianalisme pun menjadi lebih tinggi saat ini. Tidak cuma dalam hal profesio, semua itu dapat diterapkan dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi pemuda. 

Gerakan pemuda digital, sah-sah saja selama tujuannya jelas dan bukan sekedar update-update status seperti di media sosial. Pada intinya setiap organisasi pasti ada susunan organisasi, pertemuan, diskusi, AD/ART, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk terbentuknya sebuah organisasi.

Soal diskusi dan pertemuan dilakukan secara digital, saya rasa tidak ada masalah sepanjang maksud dan tujuannya sesuai dengan tujuan dibentuknya organisasi tersebut.

Dan yang terpenting dari setiap 'pertemuan' baik diruang digital maupun dengan cara konvensional, pasti harus ada tindak lanjutnya. Jika tidak ada, pertemuan itu hanya akan buang-buang waktu dan energi saja. Ruang digital hanyalah sebuah kemudahan untuk berkomunikasi saja. 

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang senang kumpul-kumpul alias bersosialisasi. Mungkin saat ini budaya kumpul-kumpul sudah mengalami pergeseran, terutama di kota-kota besar, tetapi tetap saja, manusia adalah mahluk sosial yang hidup berkelompok dan butuh saling bertemu dan berkomunikasi dengan sesamanya. 

Kegitan karang taruna, himpunan mahasiswa, organisasi pelajar, organisasi pemuda berbasis agama, seharusnya bisa lebih ditingkatkan kualitasnya dengan adanya teknologi ruang digital.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline