Lihat ke Halaman Asli

Veronika Gultom

TERVERIFIKASI

https://vrgultom.wordpress.com

Kesabaran dalam Mendampingi ODGJ

Diperbarui: 11 Oktober 2019   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.brightquest.com/schizophrenia/support-caregivers-schizophrenics/

Suatu hari saya berkesempatan mengunjungi rumah sakit jiwa dan berbincang dengan perawat-perawat disana tentang kegiatan-kegiatan pasien selama dirawat. Ternyata kegiatannya cukup menarik. Ada olahraga pagi, kegiatan-kegiatan keterampilan, ngobrol-ngobrol bareng perawat dan pasien, nonton acara tv bersama.

Saya perhatikan tidak semua pasien terlihat sakit. Kebanyakan terlihat normal-normal saja. Hanya ada satu orang yang nampaknya memang bermasalah dengan pola makan. Pasien ini cukup gemuk dan ternyata penyakitnya adalah tidak dapat mengontrol pola makan. Makanan apa saja dia lahap dan cepat habis sampai-sampai saya berpikir jangan-jangan makanannya dia buang saking cepat habisnya. Namun ternyata dia tidak membuangnya tetapi benar-benar dimakan. Selain itu sikapnya normal-normal saja. 

Dan ternyata orang normal pun bisa saja menjadi ODGJ, karena tidak semua orang kuat dalam menghadapi permasalahan hidup. Ada saja orang yang lemah dan mudah putus asa.

Oleh karena itu janganlah menganggap negatif ODGJ, karena mereka juga sama seperti kita. Kadang-kadang lemah kadang-kadang kuat dalam menjalani kehidupan ini. 

Mendampingi ODGJ butuh kesabaran extra. Kadang-kadang diikuti ketakutan dan kekhawatiran tentang apa yang mungkin dilakukan si penderita, dan juga bingung bagaimana mengatasinya apalagi jika si penderita sendiri tidak merasa sakit dan menolak untuk berkonsultasi dengan dokter. Mungkin itulah makanya jaman dulu banyak ODGJ dipasung.

Saya rasa tujuan awalnya adalah untuk kebaikan bersama membatasi gerak penderita agar tidak dapat melakukan hal-hal yang membahayakan baik bagi dirinya sendiri maupun orang disekitar. Namun ternyata hal itu tidak menyembuhkan penderita dari sakitnya. Pemasungan hanya untuk membantu keamanan saja. 

Keluarga penderita pun saya rasa memiliki beban mental yang cukup berat jika ada salah satu keluarga yang sakit, entah itu sakit fisik ataupun sakit secara mental.

Bedanya adalah jika orang sakit secara fisik, umumnya mereka akan langsung berkonsultasi dengan dokter, sedangkan jika sakit secara mental, seringkali yang sakit pun tidak menyadari penyakitnya, sehingga keluarga pun kesulitan membantu penyembuhannya, dan hanya pasrah sambil berusaha mencari cara sendiri untuk penyembuhan ODGJ, atau bertanya-tanya sendiri apa yang membuat anggota keluarganya berperilaku tidak normal, menahan diri karena cemas dan khawatir karena tidak tahu cara mengatasi ODGJ. 

Jika ODGJ sudah mau diajak berkonsultasi ke dokter/psikiater, itu adalah sebuah kemajuan. Minimal penderita mulai menyadari ada sesuatu dalam dirinya yang perlu disembuhkan. Dan minimal beban mental keluarga sedikit berkurang, karena ada harapan ke arah yang lebih baik dengan adanya bantuan dokter ahli yang lebih mengerti cara mengatasinya. 

Menurut saya, ODGJ tetap perlu berinteraksi dengan lingkungan, dan masyarakat sebaiknya tidak lagi memberikan stigma negatif dan takut terhadap ODGJ atau sengaja mengganggu ODGJ dengan mempermainkan mereka. Peran keluarga sangat penting dalam penyembuhan ODGJ.

Jika orang lain sulit diberi pengertian tentang ODGJ, keluarga penderita seharusnya sudah lebih banyak mendapat keterangan dan saran dari dokter ahli dalam mendampingi ODGJ, sehingga mereka tetap dapat mengasihi ODGJ dengan tulus hati walaupun mungkin ada kelelahan jiwa raga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline