Pengalaman pertama jualan online hanya kira-kira dua minggu sebelum Harbolnas, seminggu tidak dapat order, tiba-tiba dapat order 1, kemudian besoknya dapat lagi 1, sorenya 1....dalam hati saya pikir enak juga jualan begini kalau ordernya lancar. Tapi ternyata dagangan saya laku karena ada voucher yang memotong harga, sehingga pembeli tidak perlu membayar penuh. Saya sendiri tidak tahu voucher itu diberikan dalam rangka apa...maklum baru nyoba jualan.
Saya ngeh dengan Harbolnas karena email-email yang saya terima dari penyelenggara e-commerce tentang persiapan sebagai penjual, tentang segala yang gratis-gratis diberikan oleh penyelenggara e-commerce, tentang bebas biaya ini dan itu. Sebenarnya saya merasa kurang antusias karena jualan saya juga cuma barang kecil sehari-hari yang murah meriah mantap. Juga karena ada pengalaman stok yang motong tidak sesuai dengan pembelian, yang menurunkan tingkat kepercayaan.
Dari pengalaman pertama, saya pikir tidak perlu set diskon terlalu banyak...toh katanya ada voucher yang disediakan oleh penyelenggara, berarti sama seperti pengalaman pertama jualan. Setelah mencoba-coba fitur-fitur yang tersedia, akhirnya saya berhasil mendaftarkan produk saya dalam program harbolnas, namun dari lima produk, hanya tiga yang disetujui. Lainnya tidak disetujui tanpa alasan.
Karena masih banyak waktu saya coba-coba lagi. Masih bisa ganti-ganti diskon. Alhasil untuk produk yang sama namun beda warna, harga sama dan diskon sama....koq harga akhirnya beda? Mungkin saya salah masukan diskon? Chek and recheck...semuanya benar...tapi kenapa satu barang ini bisa lebih mahal harga promonya? Saya coba hapus...dan masukan lagi, hasilnya sama saja...akhirnya saya buat kode barang baru untuk barang tersebut dengan harapan untuk barang yang sama tapi beda warna, harganya ya sama juga. Eh katanya produk tidak disetujui....jadilah kode barang lama diaktifkan kembali hanya demi diikutkan dalam program Harbolnas. Karena penasaran, saya tanya customer service yang onlive via chat...jawabnya kurang masuk logika saya :D ya sudahlah...mungkin CS nya juga tidak mengerti.
Besok-besoknya masih saja ada email-email tentang kehebohan persiapan Harbolnas ini...yang membuat saya kembali melihat-lihat toko online saya. Ada arahan untuk mendesain toko disana....dan saya coba juga. Desain gambar sesuai ukuran yang disebutkan, save dalam format yang ditentukan, dan mencoba mengganti gambar default. Begitu mau save...error....nama toko tidak ada katanya...balik lagi coba lagi...kali ini preview dulu...tidak bisa juga...Ok saya coba ganti text saja....hasilnya sama juga...error....Tanya CS lagi...jawabannya...desain toko bisa dilakukan setelah program Harbolnas karena saat ini system sudah di lock...ok lalu mengapa ada arahan untuk mendesain toko?
Terus saya lihat ada pengumuman tentang fitur pengaturan harga barang yang katanya akan segera ditutup...oh berarti masih bisa ganti harga atau diskon....eh benar...masih bisa ganti harga dan diskon tapi waktu disave...harga promo Harbolnas nya masih sama saja....wah....buang-buang waktu. Akhirnya setelah itu walau ada email-email heboh, toko online hampir gak pernah saya lihat lagi. Dan memang tidak ada order yang datang...lha wong harganya lebih mahal daripada harga non Harbolnas :D Anggap saja jualan yang gagal...
Belanja online memang banyak pengiritannya. Irit waktu, irit tenaga, apalagi kalau ada diskonnya. Bisa membanding-bandingkan dengan toko lain pula. Tapi ternyata dibalik itu semua, kalau system e-commerce kurang siap, ya cuma buang-buang waktu saja kalau dari sisi penjual. Pembeli mungkin masih bisa browsing-browsing toko online yang lainnya dan memutuskan mau belanja dimana. Tapi ternyata banyak juga keluhan dari pembeli...yang katanya sudah pilih-pilih barang yang ada label diskon nya eh ternyata pas bayar harganya beda...mungkin kelamaan.
Systemnya tidak mempertimbangkan waktu belanja. Seharusnya ada peringatan waktu hampir habis, harap segera melakukan pembayaran. Atau mungkin juga merchantnya ganti harga dan efeknya sampai ke keranjang belanjaan pembeli. Ada voucher yang diberikan kepada merchant, dan dapat digunakan oleh pembeli dengan maximal discount sekian....tapi ketika sampai pada sesi pembayaran....voucher sudah terpakai...o...ow...
Mudah-mudahan selanjutnya para penyelenggara e-commerce dapat mempersiapkan systemnya dengan lebih baik, kualitas system terkontrol dan juga mempertimbangkan logika-logika business yang biasa terjadi didunia nyata alias offline sale seperti membludaknya pengunjung/user, batas waktu belanja dan pembayaran yang sesuai dengan jam operasional toko online, jika memang ada jam operasionalnya, mempertimbangkan transaksi yang terjadi bersamaan dari beberapa user yang dapat berpengaruh pada pemotongan stok, penggunaan kode voucher yang sama, dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H