Lihat ke Halaman Asli

Veronika Gultom

TERVERIFIKASI

https://vrgultom.wordpress.com

Warung Tradisional atau "Modern Market"?

Diperbarui: 4 Oktober 2019   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Belanja di modern market, seperti mini market dan super market, atau di pasar traditional dan warung traditional?

Saya pribadi lebih suka berbelanja ditempat dimana semua barang yang saya butuhkan ada disitu sehingga saya tidak perlu mengeluarkan ongkos dan waktu untuk pergi ke tempat lain. 

Namun kadang kala saya juga membanding-bandingkan harga. Jika selisih harga cukup besar, dan jika tidak sedang terburu-buru saya akan pergi ke traditional market atau warung traditional. 

Ketika di rumah tidak ada persediaan cemilan, dan saya sedang ingin memakan sesuatu saat itu juga, saya lebih suka berbelanja di tempat yang bersih, yang kira-kira tidak ada kecoa atau tikus yang menghuni tempat itu. Kecuali untuk membeli gorengan, mau tidak mau saya akan memilih gorengan hangat di pedagang gorengan di pinggir jalan dengan mengabaikan minyak jelantah yang mungkin dipakai untuk menggoreng dan juga tikus-tikus yang mungkin berkeliaran disekitar pedagang tersebut. 

Mengapa orang lebih suka berbelanja di mini market modern daripada warung traditional? Mungkin karena kita lebih bebas memilih sendiri barang yang kita perlukan, mencek tanggal kadaluwarsa, mengira-ngira apakah rasanya enak atau tidak, dan ketika akan membayar cukup mengantri di kasir tanpa perlu mendengar si kasir berteriak menanyakan harga atau mengira-ngira berapa harganya, mencari dimana letak barang yang dicari konsumen, kadang barangnya sudah berdebu....hal yang sering terjadi di warung traditional yang dikelola secara manual tanpa system inventory yang jelas.  

Ditambah lagi suasana di modern market, yang nyaman dengan AC, yang kadang-kadang membuat orang masuk kesitu hanya untuk 'ngadem' sambil pura-pura mencari barang atau sekedar numpang ke toilet.

Modern market juga sering menawarkan berbagai macam promo yang membuat harga menjadi lebih murah. Saat ini mini market sudah mulai memasuki area perkampungan dimana sebelumnya area tersebut mungkin dikuasai oleh penduduk setempat yang membuka warung traditional, menyediakan kebutuhan sehari-hari orang di kampung tersebut. 

Ketika mini market buka di area tersebut, para tetangga pun mulai merasa lebih nyaman berbelanja di modern mini market daripada di warung traditional langganan. Mereka hanya datang ke warung traditional jika memerlukan sesuatu dalam jumlah satuan, misal rokok batangan, kopi seduh 1 bungkus saja, Indomie satu bungkus, dst. Selebihnya mereka akan berbelanja ke modern mini market. 

Namun ketika uang bulanan nyaris habis, sementara kebutuhan hidup harus dipenuhi, tetapi tanggal gajian masih jauh dan tabungan juga kosong...mereka juga datang ke warung traditional mencoba tawar menawar untuk berhutang...sesuatu yang tidak dapat dilakukan di modern mini market kecuali Anda belanja dalam jumlah mencapai minimum payment dengan kartu kredit dan tentunya harus punya kartu kredit. 

Selain itu, sering kali konsumen warung traditional seenaknya memaksa mengembalikan atau menukar barang yang sudah dibeli, sekalipun itu cuma sebungkus kopi rasa coklat yang dibeli tadi siang, dan ingin ditukar di malam hari dengan rasa Vanila :)

Belanja di warung traditional, meski banyak ketidak nyamanan, tetapi masih memungkinkan konsumen berinteraksi lebih jauh dengan penjual yang kadang-kadang tidak disadari konsumen yang memanfaatkannya untuk hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan sebagai konsumen.. seperti belanja dengan cara utang, menukar barang yg sudah dibeli karena salah ingat, menawar dengan cara mengatakan ditempat lain harganya lebih murah, dll. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline