"Culture is the widening of the mind and of the spirit."-- Jawaharlal Nehru
"Budaya adalah perluasan pikiran dan jiwa."-- Jawaharlal Nehru
Indonesia, negeri yang kaya akan budaya dan tradisi kuliner, telah lama dikenal sebagai surganya para pecinta makanan. Dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah memiliki kekayaan rasa yang unik, berkat penggunaan rempah-rempah lokal yang melimpah. Namun, bagaimana ceritanya ketika para perantau Indonesia berada jauh dari tanah air? Apakah mereka masih bisa menikmati cita rasa autentik masakan Indonesia? Artikel ini mengupas bagaimana para perantau menyiasati keterbatasan rempah di luar negeri dan tetap mempertahankan rasa otentik dalam setiap masakan mereka.
Rempah: Jantung Masakan Indonesia
Rempah-rempah adalah elemen tak tergantikan dalam masakan Indonesia. Cabe, kunyit, jahe, kemiri, hingga serai, masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi tersendiri yang membuat masakan Indonesia begitu istimewa. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu produsen rempah terbesar di dunia, dengan lebih dari 30.000 spesies tumbuhan rempah.
Beberapa rempah yang menjadi andalan dalam masakan Indonesia meliputi:
Kunyit: Memberikan warna dan rasa khas pada hidangan seperti gulai, opor, atau nasi kuning.
Ketumbar: Komponen utama dalam bumbu dasar untuk soto, rendang, dan banyak hidangan lainnya.
Serai: Penambah aroma dan rasa yang sering digunakan dalam sup, sate lilit, atau ayam bakar.
Namun, ketika perantau Indonesia meninggalkan tanah air, rempah-rempah ini tidak selalu mudah ditemukan di negara tujuan. Tantangan besar muncul, mulai dari ketiadaan bahan hingga mahalnya harga rempah tertentu di luar negeri.
Tantangan di Perantauan